BANDUNG – Politisi senior dan budayawan Jawa Barat, Tjetje Hidayat Padmadinata memandang, rakyat Jawa Barat mestinya memilih calon pemimpin yang memiliki ketajaman naluri politik.
Tjetje menekankan, masyarakat jangan terkecoh dengan sosok calon yang terlalu menonjolkan kemampuan akademik atau keilmuan, sedangkan naluri politiknya tidak kentara. Soalnya, negara Indonesia pun didirikan oleh orang-orang yang memiliki ketajaman politik, bukan akademisi.
“Jangan lupa, naluri pun, insting (politik) harus diperhitungkan. Karena guru-guru saya itu angkatan 28, seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Natsir, Agus Salim, tidak ada yang doktor. Tapi negeri ini didirikan oleh mereka. Jadi sekali lagi, (calon gubernur) yang merasa hebat secara akademis, ilmiah, ya jadi dosen saja,” tegas Tjeje, saat dikunjungi Cagub Jabar norut 4 Deddy Mizwar, di kediamannya, Jalan Sagitarius Raya No. 1 Kota Bandung, Jumat (18/5/18).
Ia mencontohkan kualitas politik di DKI Jakarta, yang akhirnya bernilai sangat rendah karena diisi oleh banyak orang dengan ketajaman naluri politik yang tumpul. Menurutnya, penurunan kualitas politik di ibukota ini karena banyaknya orang pintar yang hanya cari muka demi kenyamanan pribadinya. Ia berharap hal itu tidak terjadi di Jawa Barat.
“Kalau jadi orang, apalagi jadi pemimpin, harus punya harga diri. Itulah politisi sekarang. Jadi, orang Bandung itu sekarang sudah kena mental bawahan, hampir semuanya. Orang Bandung sekarang itu lain dengan di jaman saya,” ungkap Tjetje.
Lebih jauh, Tjetje menilai, politisi-politisi Jawa Barat saat ini sudah mengalami penurunan nilai atau tidak memiliki daya tawar tinggi. Bahkan ia mengharapkan Bandung sebagai muara politik Jawa Barat tak ubahnya seperti Barcelona di Spanyol.
“Bandung itu Barcelona-nya Indonesia. Orang yang berani berbeda pendapat dengan Madrid di jaman pemerintahan Jenderal Franco, ya orang Barcelona. Nah, obsesi saya Bandung itu jadi Barcelona-nya Indonesia,” tegasnya. ***