BANDUNG – Bukan isapan jempol Peparnas XV Jawa Barat disebut-sebut sebagai pekan paralimpik terbaik sepanjang 15 kali penyelenggaraan sejak pertama diadakan di Jawa Tengah tahun 1957.
Salah satu buktinya, ini diapresiasi baik oleh paralimpian maupun National Paralympic Comitte Indonesia (NPCI), adalah kehadiran toilet portabel ramah difabel di mayoritas arena pertandingan.
Seperti terlihat di GOR Bulutangkis Lodaya, Jl Lodaya, Kota Bandung. Di ruas kanan gedung, di halaman yang biasanya digunakan parkir, terpasang tiga buah toilet difabel yang representatif.
Menurut penjaga toilet Yana Supriatna, keberadaan fasilitas tersebut sangat penting karena terbukti banyak membantu paralimpian maupun anggota kontingennya.
“Dari pagi, mulai buka jam 9, sampai tutup acara di magrib-an, hilir mudik paralimpian dan anggota kontingen yang gunakan toilet portabel ini. Ini sangat membantu mereka,” kata Yana saat menunggu toilet, Selasa (18/10/16) siang.
Yang paling mencolok dari toilet ini adalah keberadaan papan warna biru ukuran panjang 3 meter dan lebar 1 meter di depan pintu masuk. Dengan sudut kemiringan sekitar 45 derajat dan landasan relatif panjang, maka paralimpian lebih mudah masuk fasilitas tersebut.
Khususnya bagi para pengguna kursi roda, pengguna toilet bisa masuk tanpa susah payah karena permukaan relatif tidak menukik. Demikian pula dengan paralimpian tuna daksa, fasilitas tambahan itu tidak seperti kebanyakan toilet portabel reguler, yang akses masuknya relatif tinggi dengan landasan pendek.
Sementara saat ditengok di dalamnya, fasilitas relatif mewah dibandingkan kebanyakan toilet umum. Dengan berbentuk kotak tiga meter kali dua meter, siapapun akan merasa lebih lapang dan nyaman berada di dalam toilet.
Di bagian kiri pintu masuk, ada wastafel lengkap dengan sabun cuci tangan, lalu cermin di atasnya, serta gulungan tissue pengering tangan di sebelah kirinya.
Sementara bagian intinya, ada toilet duduk dengan sistem pembuangan sekali tekan serta selang untuk membilas dari salah satu merek produk toilet duduk ternama. Persis sebelah kiri toilet duduk ini, ada ember penampung air sekira paralimpian ingin mengambil air lebih banyak dari selang bilasan toilet duduk.
Yana mengatakan, dengan layanan ramah difabel itu, selama dirinya bertugas tiga hari dalam Peparnas XV ini, maka paralimpian banyak yang bisa masuk sendiri menggunakan kursi roda tanpa bantuan pendamping.
“Jadi, saya mah tinggal bukain pintu saja, nanti masuk sendiri. Kalau sudah beres, kadang saya ikut bantuin pintu biar gampang keluar. Ada juga sih yang dibantuin masuk ke dalam sama pendamping, tapi lebih banyak yang mandiri,” kata dia.
Menurutnya, paralimpian butuh waktu relatif lama ketika sedang beraktivitas di dalam toilet. Hal ini lumrah karena tak mudah pula bergerak cepat menunaikan hajatnya sembari menggunakan kursi roda. Itulah sebabnya, ukuran toilet yang lega dan dudukan ke pintu masuk, sudah tepat adanya.
Maka itu, seperti dikatakan berulang oleh Ketua Umum NPCI Senny Marbun, aneka fasilitas ramah difabel dalam Peparnas di Jawa Barat ini layak diapresiasi. Dan tentu saja sulit dibantah, betapa Jawa Barat dan PB Peparnas bersungguh-sungguh memuliakan paralimpian.