CIPARAY – Warga Kampung Kaleubuhan Bulan Desa Babakan RT 2 RW 5 Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung, mengaku kecewa karena kompor gas metan yang dipasang dan didemontrasikan di hadapan Bupati Bandung Dadang M Naser, sejak saat itu tidak menyala. Padahal peralatan dapur warga sudah dijadikan percontohan kompor gas metan pada saat peringatan hari Lingkungan Hidup tingkat Kabupaten Bandung 1 Agustus lalu.
Salah seorang warga, Ny Mimi (55) mengaku rumahnya dipasangi instalasi gas metan. Tapi sayangnya kompor gas tersebut hanya menyala sehari itu saja, yakni pada saat dilakukan demontrasi di hadapan Bupati Bandung Dadang M Naser dan para pejabat lainnya.
Setelah itu, untuk memasak sehari-hari ia pun kembali menggunakan kayu bakar. Karena memang gas metan yang disalurkan melalui pipa dari tumpukan sampah di bekas TPA Babakan ke rumahnya itu tak pernah bisa digunakan lagi.
“Yah, menyala saat hari itu saja, bisa dipakai tiga kali memasak. Setelah itu tidak menyala lagi. Padahal saya sudah beli kompornya Rp 60 ribu. Karena nyalanya cuma sehari itu saja, jadi mubadzir saya beli kompor gas juga karena saya balik lagi pakai kayu bakar,” kata Mimi, Senin (11/9/17).
Menurut Mimi, ketika masalah itu ditanyakan kepada petugas yang menjaga bekas TPA Babakan, ternyata penyaluran gas metan ke rumah Mimi dan beberapa rumah yang dijadikan percontohan itu akan disalurkan kembali jika rumah lainnya di kampung itu telah dipasang instalasi yang sama.
Namun sayangnya, mereka juga tidak memberikan kepastian kapan pemasangan kepada rumah penduduk lainnya akan dilaksanakan. “Saat saya tanya, yah jawabannya nunggu banyak yang pasang saja. Saya pikir nunggu banyak bagaimana dipasang juga tidak, sudah gitu saya percuma sudah beli kompor gas. Kalau dari awal tahu akan begini, saya enggak mau dijadikan percontohan,”ujarnya.
Hal tersebut dibenarkan Ketua RW 05, Mahron yang mengatakan saat pelaksanaan hari Lingkungan Hidup tingkat Kabupaten Bandung sebulan lalu itu, beberapa rumah warga di kampungnya dijadikan percontohan energi panas dengan memanfaatkan gas metan dari tumpukan sampah di bekas TPA Babakan.
Kata dia, saat dilakukan percontohan itu, di kampungnya terdapat lima rumah yang dijadikan percontohan. Mahron membenarkan jika kompor gas metan yang ada di sana hanya menyala saat dilaksakaan peringatan Hari Lingkungan Hidup saja. Selepas itu, hampir sebulan ini tak pernah nyala lagi.
“Memang hanya saat itu saja menyalanya. Setelah itu sih enggak menyala lagi. Katanya menunggu banyak dulu. Saya sih bicara apa adanya sesuai kenyataannya,” ungkap Mahron.
Kekecewaan warga makin menjadi pembicaraan dimana-mana mengenai pemanfaatan gas metan untuk keperluan memasak. Padahal Kampung Kaleubuhan Bulan itu banyak didatangi oleh orang dari luar, yang ingin melihat langsung pemanfaatan gas metan.
Orang yang datang ini tak hanya masyarakat biasa saja, melainkan ada juga beberapa akademisi dari beberapa perguruan tinggi ternama di Kota Bandung yang tertarik untuk melakukan penelitian.
Namun mereka harus kembali dengan tangan hampa, karena memang instalasi gas metan yang terpasang ke rumah warga itu tidak berfungsi. “Banyak yang datang ke kampung kami ingin melihat langsung bagaimana pemanfaatan gas metan untuk kompor gas. Tapi sudah jauh-jauh mereka pulang lagi dengan perasaan kecewa,” kata Andri (16), salah seorang warga lainnya.
Seperti diketahui, Bupati Bandung Dadang M Naser menyatakan bahwa kedepannya lahan bekas TPA Babakan akan dikembangkan menjadi sebuah arboretum atau hutan mini.
“Sampah sudah ditutup, tidak bau lagi dan bawahnya ada gas metan yang kita manfaatkan untuk kebutuhan dapur,”kata Dadang usai peresmian pemanfaatan gas metan bagi warga sekitar TPA Babakan, Selasa (1/8/17).
Untuk mengentaskan program zero waste, rencananya pihaknya akan membuat briket yang nantinya bisa mengkonversi sampah menjadi energi listrik. Saat ini teknologinya tengah dikembangkan oleh ITB. (*)