West Java Eco Marathon Bukan Sekadar Lari

oleh
oleh
West Java Eco Marathon (WJEM) 2017 sukses digelar di Lapangan Tanara, Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Minggu (15/10/17). by Humas Pemprov Jabar
West Java Eco Marathon (WJEM) 2017 sukses digelar di Lapangan Tanara, Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Minggu (15/10/17). by Humas Pemprov Jabar

PANGALENGAN, Balebadnung.com – West Java Eco Marathon (WJEM) 2017 sukses digelar di Lapangan Tanara, Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Minggu (15/10/17).

Acara yang digelar Pemerintah Provinsi Jawa Barat itu menyedot antusias dari 1.500 pelari yang tak hanya datang dari dalam negeri, namun diikuti juga oleh pelari dari mancanegara seperti Jepang, Korea, Kenya, Prancis dan negara lainnya.

Dengan mengusung tema Feel the Breeze, ribuan pelari diajak untuk menikmati hamparan perbukitan kebun teh, sungai, danau dan udara sejuk Pangalengan. Para pelari dibagi ke dalam empat kategori (etape). Dari mulai tingkat amatir 5K (kilometer), 10K, 21K, hingga 42K.

Kontur Pangalengan yang berundak-undak dari 1.300 – 1.700 meter di atas permukaan laut (mdlp) menjadi tantangan tersendiri bagi para pelari. Makin tinggi mdpl, semakin tipis udara yang bisa dihirup. Namun, perjalanan tetap menyenangkan karena panorama indah terbentang. Para pelari mengenakan jersey yang warnanya disesuaikan dengan kategori yang diikuti lengkap dengan nomor dada bertransmitter.

Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan melepas istrinya, Netty Heryawan pada kategori 10K WJEM 2017. Dengan mengenakan kerudung berwarna coklat, Netty tampil sporty dengan menggunakan kaus berwarna jingga yang juga dipakai ratusan pelari lari 10 K.

Ketua TP PKK Jabar itu tampak antusias mengikuti ajang WJEM 2017. Setelah menyentuh garis finis, Netty dikalungi medali Finisher dari Aher. Ia pun langsung memeluk suaminya setelah menaklukkan trek 10 kilometer.

“Saya bersyukur bisa sampai titik finish. Persiapannya tidak terlalu banyak karena padat kegiatan, sehingga hampir tidak ada persiapan khusus untuk ikut ini, namun saya ingin masyarakat bisa terinspirasi untuk hidup sehat,” kata Netty.

Aher mengatakan even ini merupakan kolaborasi antara olahraga dengan kampanye menjaga lingkungan, karena kesejahteraan sangat erat hubungannya dengan lingkungan yang baik. “Pasokan sandang, pangan, dan papan kita juga berasal dari lingkungan,” sebutnya.

Baca Juga  Politisi Senior Golkar Ini Minta Partai Jelaskan Soal Ramai Isu Dugaan Perselingkuhan Pimpinan Partai

Gubernur menjamin, konsep yang diterapkan WJEM berbeda dibandingkan lomba marathon lainnya, yang mayoritas digelar di wilayah perkotaan. Dipilihnya Pangalengan, karena wilayah itu memiliki rute yang pas untuk dijadikan trek marathon di tengah perkebunan, di samping tempatnya yang nyaman dan sejuk.

“Tentu ini juga menjadi ajang promosi lingkungan , promosi wisata di Jawa Barat. Kedepannya, saya harap WJEM bisa dilaksanakan di Ciletuh atau spot wisata lainnya, ini beda dengan yang lainnya.” kata dia.

Keseruan WEMJ dirasakan, dua warga negara Prancis, Tibo (27) dan Camillieract (26) . Mereka begitu antusias mengikuti WJEM 2017. “Saya baru mengikuti ajang ini untuk pertama kali, pemandangan di sini sangat luar biasa,” ujar Cammileract sebelum memulai start 10K.

Bersama dengan Tibo, wanita yang lancar berbahasa Indonesia itu, sering menjajal even-even marathon di berbagai wilayah di Indonesia. “Minggu lalu kami ikut marathon di Magelang, Agustus kami ikut di Ciremai, Mei di Ijen dan Sentul, tapi di sini yang paling berbeda, pemandangannya bagus, konturnya naik turun,” ujar Cammie, sapaannya.

Untuk melakoni WJEM 2017, Tibo melakukan latihan vertical run. “Memang latihannya bukan lari marathon, lagipula saya mengikuti kegiatan ini untuk fun saja,” ujar Tibo. Sejumlah hadiah lomba senilai ratusan juta rupiah dan doorprize berupa 1 unit mobil dari Wuling, sepeda motor listrik, 2 ekor sapi menjadi daya tarik tersendiri bagi pelari.

“Kami ingin membuat even ini lebih happy diikuti oleh siapa saja, pelari cepat dia akan mengejar podium, sedangkan yang santai masih punya peluang untuk mendapatkan doorprize,” ujar Aki Ni Aki, Race Director WJEM.

Aki mengatakan, gelaran WJEM rencananya akan digelar secara GURILEM atau gunung, rimba, laut dan pantai. “Semoga acara seperti ini bisa diadaptasi oleh kabupaten atau kota, WJEM juga merupakan sport eco tourism, mengajak masyarakat lebih peduli lagi dengan lingkungannya,” harap Aki.

Baca Juga  Pelari Agus Prayogo Belum Terkalahkan

Bupati Bandung, Dadang M Naser akan mengabadikan rute WJEM yang bersertifikat internasional itu untuk agenda tahunan kabupaten. “Bagaimana Pangalengan ini menjadi Kota Satelit yang menunjang pariwisata di Kabupaten Bandung, jadi nanti juga perkebunan akan ditata untuk menjadi wisata kebun,” kata Dadang.

Empat medali 42K, masing-masing diraih oleh empat pelari dari Kenya. Wilson Kiprotich Kipsang menjadi pelari tercepat open male yang menundukkan 42K dengan catatan waktu 2 jam 56 menit. Posisi kedua diikuti oleh rekan senegaranya, James Ging Karanja dengan torehan 3 jam 10 menit, diilkuti Geoffrey Kiprotich Birgen dengan 3 jam 11 menit. Kemudian, Caroline Jerute Kigen yang menjadi pelari tercepat wanita pada kategori 42 K dengan catatan waktu, 4 jam 4 menit.

“Ini sangat bagus, Pangalengan saya rasa konturnya mirip dengan Kenya, hanya saja pemandangan di sini menakjubkan, itu membuat saya lebih semangat,” ujar Kipsang yang berhak membawa pulang uang tunai Rp. 50 juta.***

No More Posts Available.

No more pages to load.