Selasa, November 26, 2024
spot_img
BerandaBale JabarAher: Dampak Krisis Air & Pangan Lebih Hebat dari Krisis Energi

Aher: Dampak Krisis Air & Pangan Lebih Hebat dari Krisis Energi

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menerima cinderamata pada Seminar Nasional "Meraih Peluang Pasar dalam Menghadapi Dinamika Ekonomi 2017" yang digelar IKA Unpad di Ballroom Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, Kamis (23/3). by Humas Pemprov Jabar
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menerima cinderamata pada Seminar Nasional “Meraih Peluang Pasar dalam Menghadapi Dinamika Ekonomi 2017” yang digelar IKA Unpad di Ballroom Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, Kamis (23/3). by Humas Pemprov Jabar

BANDUNG – Ada tiga tujuan pembangunan ekomi dari sektor mikro, yaitu berhasil mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan menghadirkan pelestarian lingkungan. Namun, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menekankan hal ketiga dalam konteks pembangunan ekonomi adalah yang mesti dilakukan saat ini.

Sebagai sumber kehidupan, alam menjadi penentu keberlangsungan hidup umat manusia. Apabila alam tidak bisa dijaga dengan baik, maka kebutuhan manusia akan air dan pangan pun akan terganggu.

“Pemikiran yang menyatakan bahwa tindakan ekonomi itu ditoleransi kalau ada kerusakan lingkungan, yang penting ada dampak positif bagi kesejahteraan dan pendapatan masyarakat, salah pemikiran seperti itu. Tindakan ekonomi yang baik adalah yang tidak merusak lingkungan sama sekali,” kata Aher.

Pada Seminar Nasional “Meraih Peluang Pasar dalam Menghadapi Dinamika Ekonomi 2017” yang digelar Ikatan Alumni Universitas Padjajaran di Ballroom Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, Kamis (23/3/17) itu, Aher menandaskan ekonomi yang baik adalah ekomi yang tidak merusak lingkungan sama sekali alias indeks lingkungannya satu. “Berarti ada tindakan ekonomi, tindakan pembangunan tanpa merusak sedikitpun lingkungan,” tegasnya.

Lingkungan akan menjadi sangat penting, sebab seluruh pasokan kehidupan berasal dari alam. Kebutuhan manusia akan sandang, pangan, dan papan berasal dari bumi ini. Alam tidak akan bisa memasok semua kebutuhan manusia manakala terjadi kerusakan di dalamnya.

“Bayangkan kalau alam – yang selama ini menyuplai semua kebutuhan barang-barang kita semua, kemudian berhenti suplainya gara-gara kerusakan alam., apa jadinya? Manusia semakin banyak, kebutuhan pangan semakin tinggi. Pada saat yang sama justru penghasilan pangan semakin rendah gara-gara lingkungannya rusak. Apa jadinya? Kelaparan dan malapetaka kehidupan yang terjadi,” papar Aher.

Kerusakan alam akan menyebabkan berkurangnya pasokan air bersih dan pangan yang sehat. Menurut Aher, dampak dari krisis air dan pangan akan jauh lebih hebat daripada krisis energi. Kelaparan hingga kematian akan menyebabkan punahnya manusia dari bumi ini.

“Oleh karena itulah, dalam konteks perekonomian – ternyata kekhawatiran yang sangat tinggi adalah krisis air dan krisis pangan, sebelum krisis energi. Meskipun krisis energi sering muncul ke permukaan, tapi krisis energi tidak sehebat dampaknya ketika ada krisis pangan dan krisis air. Karena air dan pangan langsung masuk ke perut kita, ke kehidupan kita. Dan kalau ini terganggu, maka kehidupan secara langsung akan terganggu,” paparnya.

Apabila dibandingkan dengan negara lain, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tinggi bersama China dan India. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 4,79% dengan inflasi 3,02% (angka sementara BPS). Sementara pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada 2016 mencapai 5,67%. Angka ini tertinggi dibanding provinsi lainnya di Pulau Jawa. Sektor penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat yaitu dari sektor informasi dan komunikasi mencapai 14,27%.

Namun, kontribusi besar pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dari sektor ini harus bisa diantisipasi. Hal ini agar tidak berpengaruh terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja, di mana sektor informasi dan komunikasi bisa mengakibatkan alih sumber daya dari tenaga kerja manusia menjadi sumber daya berbasis teknologi.

“Ingat di masa lalu satu persen pertumbuhan ekonomi bisa menyerap 400 hingga 500 ribu tenaga kerja. Pada saat ini, satu persen pertumbuhan ekonomi di Indonesia hanya mampu menyerap tenaga kerja sekitar 90.000 orang,” tutur Aher.

Penyebabnya, terang dia, boleh jadi hari ini dengan perkembangan teknologi. Sejumlah pekerjaan sudah diserahkan ke teknologi. Tidak lagi oleh manusia. Dampaknya investasi menjadi lebih efisien, produksi menjadi lebih optimal, tetapi serapan tenaga kerja menjadi berkurang,

Untuk itu, melalui Seminar Nasional ini diharapkan para akademisi bisa memikirkan tindakan perekonomian atau usulan dan rancangan ekonomi masa depan yang bisa berdampak luas untuk menyelesaikan masalah sosial masyarakat saat ini.

spot_img
BERITA LAINYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

TERKINI

spot_img