BANDUNG, Balebandung.com – Komisi VI DPR RI melakukan kunjungan kerja ke PT Bio Farma (Persero) Bandung dalam rangka melihat langsung kesiapan dan peran holding BUMN Farmasi, Kamis, (9/2/20).
Anggota Komisi VI DPR Nevi Zuairina meminta kepada Bio Farma untuk membangun keamanan bidang kesehatan (Healthy Security) dan keuntungan ekonomi.
“Healthy Security ini dapat beriringan dengan membangun keekonomian yang menguntungkan buat negara. Tapi perlu serius dan berkejaran dengan waktu. Ketika tepat pelaksanaan dan mampu berinovasi cepat dibanding negara lain, maka dapat membalikkan keterpurukan negara dari dampak ekonomi buruk akibat wabah”, jelas Nevi dalam rilisnya, Jumat (10/7/20).
Kunjungan kerja spesifik ini untuk mengetahui kejadian lapangan dalam usaha mengatasi Pandemi Corona Virus (Covid-19) di Indonesia yang dilakukan oleh perusahaan negara.
Lebih lanjut Nevi menyarankan kepada PT Biofarma agar menemukan bahan baku dari dalam negeri, sehingga menekan angka impor bahan baku produk-produk farmasi. Riset dan inovasi yang bekerjasama dengan berbagai kampus dan lembaga riset perlu terus dilakukan untuk memperkaya aset ilmu dan produk terapan bidang kesehatan.
Nevi menuturkan Indofarma mendapat dampak positif dari adanya Perppu Nomor 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19. Sebab menurutnya Indofarma masih memasok sebagian besar bahan baku dari luar negeri. Bukan hanya produk kimia dasar yang perlu diimpor perusahaan farmasi, tapi juga produk seperti natural extract (Natex) dan alat kesehatan.
Berdasarkan keterangan yang ia terima, pada 31 Januari 2020 Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi resmi terbentuk, dengan PT Bio Farma menjadi induk perusahaannya. Adapun holding BUMN farmasi terdiri dari PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF), serta menargetkan pendapatan senilai Rp16,8 triliun pada 2020. Total aset yang kini dimiliki oleh ketiga perusahaan tersebut berkisar Rp30,6 triliun
Pada blue print holding BUMN farmasi, lanjutnya, Bio Farma yang ditunjuk menjadi induk usaha, kebagian memproduksi vaksin dan antisera atau serum darah yang mengandung anti bodi. Sedangkan PT Kimia Farma Tbk menangani produksi farmasi dan bahan baku. Sementara PT Indofarma Tbk bertransformasi menjadi perusahaan dalam bidang alat kesehatan dan produk herbal.
“Dengan berbagai kekuatan yang dimiliki Biofarma, semua pihak pasti mendukung bahwa PT Biofarma segera menemukan vaksin Covid-19. SDM dan infrastruktur serta pengalaman yang selama ini dimiliki mesti menjadi modal besar pada penemuan vaksin ini yang teruji secara medis,” ucap Nevi.
Legislator asal Sumatera Barat II ini menjelaskan, berdasarkan catatan Federasi Industri Kimia Indonesia (FIKI), selama Februari-April 2020 terjadi peningkatan bahan kimia yang tercatat sekitar 10%-15% dibanding kondisi normal. Namun demikian, kenaikannya bisa lebih besar lagi apabila virus corona terus mewabah dan menjadi semakin tidak terkendali.
Anggota Fraksi PKS ini mendorong Holding BUMN Farmasi agar dapat bekerjasama dengan UMKM untuk dapat memproduksi kebutuhan kesehatan masayarakat seperti masker non medis, sehingga menjaga keberlangsungan ekosistem UMKM di tengah Pandemi Covid-19. UMKM perlu dibina dan dikembangkan sehingga mampu memproduksi produk sesuai standar sekaligus meningkatkan skala usahanya.
“Saya berharap pemerintah melalui holding BUMN Farmasi mampu berjaya dalam negeri sendiri dengan produk berbahan baku lokal, harga murah dan standard tinggi. Selain mampu membangun keamanan yang sehat, sekaligus membantu negara dalam kontribusi pendapatan negara bukan pajak”, tutur Nevi Zuairina.***