SOREANG, Balebandung.com – Mengantisipasi kerawanan bencana alam di musim hujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung menyiapkan berbagai sarana prasarana, baik bagi penanggulangan maupun kebutuhan lainnya.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Bandung Akhmad Djohara mengatakan, di Kabupaten Bandung banyak titik yang berpotensi rawan bencana longsor, angin puting beliung dan banjir.
“Sehingga, kami sedang konsentrasi pada persiapan sarana prasarana. Di antaranya memetakan wilayah mana saja yang rawan bencana. Kewaspadaan kita akan ditingkatkan,” kada Akhmad Djohara kepada wartawan, Rabu (27/10/20).
Djohara menyebut ada sembilan kecamatan yang diwaspadai berpotensi banjir. Meski, bencana banjir bisa dinyatakan bencana rutin. “Wilayah yang rawan banjir tersebut merupakan Cekungan Bandung,” jelasnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan akan terjadi peningkatan curah hujan antara 20 sampai 40 persen dari musim hujan sebelumnya. Karena itu berdasar peringatan tersebut kata Djohara, BPBD terus meningkatkan kewaspadaanya.
Di Kabupaten Bandung menurut Adjo, sapaan Ahmad Djohara, terdata ada 24 kecamatan yang rawan longsor. BPBD Kabupaten Bandung juga telah menginventarisasi seberapa banyak peralatan yang siap pakai dan mana yang perlu pemeliharaan.
BPBD terus melakukan sosialisasi terhadap potensi bencana. Salah satunya dengan membentuk Forum Penanggulangan Risiko Bencana (FPRB) yang sudah ada di sejumlah desa.
“Kami sudah menyiapkan 80 personel. Saat melakukan evakuasi memang dengan keterbatasan tenaga, tapi alhamdulillah ada dukungan pula dari 234 komunitas di Kabupaten Bandung yang sudah siap membantu,” ucapnya.
Seperti di Majalaya sudah didirikan pos gabungan untuk enam wilayah. Mereka juga akan membuat peta penangulangan. Selain itu Majalaya potensi banjir dan banjir bandangnya cukup besar. Sama halnya seperti Kecamatan Ciparay, Rancaekek, dan Cikancung.
Sementara ancaman banjir bandang dan tanah longsor terdata potensinya berlokasi di Kecamatan Cimenyan, Ibun, Arjasari, Rancabali.
Adjo menyatakan hampir semua daerah sekarang tengah bersiap untuk menghadapi bencana hidrometeorologi. Bahwa akan terjadi peningkatan curah hujan antara 20 sampai 40 persen dari musim hujan sebelumnya, termasuk Kabupaten Bandung.
Karena itu BPBD mulai inventarisasi semua sarana prasarana untuk memastikan kondisi sarana dan prasana penanggulan bencana siap digunakan.
“Ini kami lakukan agar jangan sampai pada saat dibutuhkan alat tidak berfungsi. Misalnya kendaraan jangan sampai pada saatnya dibutuhkan angkutan evakuasi pengungsi tidak jalan,” ungkap Adjo.
Kemudian perahu perahu karet semua sudah disiapkan, termasuk saat pandemi Covid-19 saat ini, pihaknya telah mengunjungi lokasi-lokasi gedung yang nantinya akan digunakan untuk pengungsian. “Semuanya harus dipastikan berfungsi pada saat yang dibutuhkan,” tandas Adjo.
Ia mengaku pihaknya harus kerja ekstra, diantaranya melakukan pembersihan lokasi agar bisa digunakan untuk lokasi pengungsian. “Apalagi kalau kita berpegang pada protokol kesehatan ini di sana harus disesuaikan baik dalam jarak, kemudian ada tempat cuci tangan yang baik, alat ukur suhu semuanya harus disesuaikan,’ kata dia.
Menurutnya, seluruh jajaran BPBD Kabupaten Bandung dan instansi terkait sudah dalam posisi siaga menghadapi segala kemungkinan dalam persoalan kebencanaan di Kabupaten Bandung.
Untuk antisipasi dini BPBD Kabupaten Bandung sudah menyiapkan dua Posko Penanganan Dampak Banjir yakni di Kelurahan Baleendah dengan kapasitas dapat menampung sekitar 1.500 – 2000 pengungsi. Kemudian di belakang Kantor Desa Dayeuhkolot menampung sekitar 1.000-1500 pengungsi.***