DAYEUHKOLOT – Bupati Bandung, H. Dadang M. Naser menandatangani batu prasasti tanda diresmikannya Gedung Pengungsian Program Community Flood Resiliance (Masyarakat Tangguh Banjir) di Desa/Kecamatan Dayeuhkolot, Selasa (11/7/17).
Gedung seluas 161 m2 di atas lahan seluas 4.960 m2 yang dibangun atas kerjasama Pemkab Bandung, PMI, International Federation Red Cross and Red Crisence dan Zurich Insurent ini, menghabiskan anggaran sebesar Rp. 486.939.000,- dan diselesaikan selama 120 hari kerja yaitu mulai 1 Maret 2017 sampai 30 Juni 2017.
Dalam sambutannya, bupati mengatakan upaya pengurangan resiko bencana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kewenangan pemerintah daerah. Menurutnya, langkah nyata dalam pengurangan resiko bencana adalah dengan membangun kesiapsiagaan segenap komponen masyarakat, pemerintah dan juga swasta.
“Melalui Program Masyarakat Tangguh Banjir (CFR), kerjasama dalam pembangunan gedung beserta fasilitas pendukungnya ini disertai harapan agar meningkatkan ketahanan dan ketangguhan masyarakat terhadap bencana alam, khususnya banjir,” kata Dadang Naser.
Dalam berbagai kesempatan, kata Dadang, dirinya sering mengkampanyekan Kabupaten Bandung Bebas Sampah 2020. Ia berharap semua lapisan masyarakat bisa terlibat untuk mewujudkannya.
“Sampah sebagai penyebab utama banjir tidak akan selesai hanya dengan berkeluh kesah. Saya tidak akan pernah bosan mengatakan kepada masyarakat agar jangan buang sampah sembarangan. Pilah sampah sejak dari sumbernya dan simpan air saat hujan sebagai tabungan air untuk musim kemarau,” tandas Dadang.
Atas nama masyarakat Kabupaten Bandung, khususnya warga Kecamatan Dayeuhkolot, bupati sangat bersyukur dan berterimakasih atas perhatian PMI Pusat dan pihak Internasional atas berdirinya gedung pengungsian ini.
“Mudah-mudahan gedung ini tidak selamanya digunakan untuk singgah dan semoga banjir bisa kita tangani bersama,” ucapnya.
Ketua PMI Kabupaten Bandung, Dr. H. Achmad Kustijadi mengatakan CFR adalah upaya pemberdayaan agar masyarakat mampu dengan potensi dan sumber daya yang dimilikinya untuk menurunkan tingkat resiko dampak bencana di wilayahnya.
“Untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan pengurangan resiko bencana ini, PMI telah melakukan beberapa kegiatan untuk penguatan kapasitas SDM Desa Dayeuhkolot, Desa Citeureup dan Desa Bojongsoang,” kata Dedi, sapaan Achmad Kustijadi.
Kegiatan yang dimaksud yaitu Baseline Survey, Pemetaan Bahaya Kerentanan Resiko dan Kapasitas, Pelaksanaan Partisipatori Rural Appraisal (pengkajian dengan masyarakat) dan Penyusunan Rencana Kerja.
Dari kegiatan-kegiatan itulah menurut Dedi akan menghasilkan beberapa rekomendasi utama di setiap desa dalam pengurangan risiko bencana, salah satunya pendirian gedung pengungsian.
“Tujuan pembangunan Gedung Pengungsian ini adalah untuk menghindari dan mengurangi tingkat kesakitan bagi penduduk akibat banjir genangan, khususnya bagi sekitar 162 KK yang hanya memiliki rumah satu lantai dan berada di daerah bantaran Sungai Citarum,” jelasnya.
Selain gedung pengungsian ini, di lokasi yang sama dengan anggaran dari APBD, pihak desa pun berencana membangun Puskesdes, pembuatan sumur dalam dan MCK komunal sebagai fasilitas pendukung.