BANDUNG – Satu persatu proyek kolam retensi sebagai salah satu proyek pengentasan banjir di Kota Bandung sudah mulai dilelangkan. Titik pertama yang akan dibangun Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Pekerjaan Umum (DPU) adalah di Kelurahan Sarimas.
Kepala Seksi Pemeliharaan dan Drainase Bidang Pengendalian Sumber Daya Air DPU Kota Bandung Raden Deni Saputra mengatakan wilayah yang terletak di Kecamatan Arcamanik itu memang jadi area yang rawan banjir.
“Wilayah itu merupakan daerah pertemuan dua sungai, yakni wilayah Sukamiskin dan Cikadut. Makanya volumenya bisa jauh lebih besar,” kata Deni pada Bandung Menjawab di Bale Kota Bandung, Selasa (7/3/17).
Hal itu membuat wilayah Sarimas menjadi terminal air dari kedua saluran tersebut. Ditambah lagi permukaan Sungai Cikiley yang jadi sungai utama yang melintasi wilayah tersebut tinggi.
“Kolam retensi di Perumahan Sarimas itu untuk menahan banjir yang termasuk ke aliran Sungai Cikiley. Banjir itu karena permukaan aliran Sungai Cikiley cukup tinggi,” jelas Staf Bidang Perencanaan Sumber Daya Air Yudi Gumelar.
Oleh karena itu, imbuh Yudi, kolam retensi bakal jadi solusi agar air yang bermuara di Sarimas bisa ditahan untuk kemudian dialirkan kembali ke sungai yang terhubung. Kapasitas kolam ini didesain bervolume 6000m3 dan akan dibangun dalam jangka 5 bulan.
Direncanakan, pembangunan salah satu proyek prioritas itu sepenuhnya akan menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2017 senilai Rp10 milyar. Proyek ini rencananya akan dimulai pada awal Mei 2017.
Sementara menunggu proyek itu dilaksanakan, menurut Yudi selama ini DPU mengatasi banjir di wilayah Sarimas dengan mengandalkan peralatan pompa portable. Jika terjadi banjir, Unit Reaksi Cepat (URC) Katak akan langsung bertindak mengamankan wilayah dengan pompa berkapasitas 0,5 m3/detik.
Secara keseluruhan, saat ini terdapat 160 orang yang tergabung di URC Kota Bandung. Mereka akan bertugas selama 24 jam dan bersiaga jika sewaktu-waktu terjadi banjir atau peristiwa lainnya, seperti tanah longsor maupun kirmir yang rusak.
Selain di Sarimas, danau retensi juga akan dibangun di empat wilayah lainnya, seperti Sirnaraga, Bima, Babakan Jeruk, dan Gedebage. Pembangunan danau-danau retensi itu sebagian besar akan didanai oleh APBD. Danau retensi merupakan jawaban agar penanggulangan banjir yang selalu menjadi masalah di wilayah perkotaan bisa segera diselesaikan.
“Harapannya, selain danau retensi ini bisa cepat selesai, kami juga menghimbau kepada masyarakat agar tidak lagi membuang sampah ke sungai. Sebab sebagian besar penyebab banjir adalah sampah yang berasal dari masyarakat sendiri,” ucap Yudi.