dr Adang; Metode Pengobatan Sudah Seharusnya Berkembang Dari Waktu ke Waktu

oleh -76 Dilihat
oleh
Anggota Komisi IX DPR RI dr Adang Sudrajat . by HPKS
Anggota Komisi IX DPR RI dr Adang Sudrajat . by HPKS

BANDUNG – Metode cuci otak dengan Digital Subtraction Angiography (DSA) yang dilakukan dr Terawan dalam pengobatan stroke, menarik perhatian anggota Komisi IX DPR yang juga berprofesi sebagai dokter, Adang Sudrajat. Anggota DPR RI dari Dapil Jabar II ini menilai metode dari dr Terawan bisa dianggap terlalu jauh dalam konteks radiologi intervensi, karena melakukan tindakan therapy yang selama ini tidak ada dalam wewenang profesi radiolog.

Namun, menurut legislator FPKS ini, ada pengecualian untuk tindakan radiotherapy, sangat perlu dilakukan dengan adanya rujukan dari ahli oncologi baik penyakit dalam maupun bedah. Sedangkan dr Terawan melakukan tindakan therapeutik tanpa adanya rujukan dari neurolog ataupun neurosurgeon.

Legislator daerah pemilihan Kabupaten Bandung dan Bandung Barat ini menjelaskan, bahwa pertanggungjawaban keabsahan metodologi dr Terawan bisa diuji dengan Evidence Base Clinical Trial. Selama hasilnya bisa dipertanggungjawabkan, secara cost and benefit, maka komunitas kesehatan harus bisa menerimanya sebagai sebuah metode pengobatan yang memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.

“Tidak ada satupun metode pengobatan yang sempurna, artinya paling efektif menyembuhkan, tapi tanpa resiko sama sekali. Setiap metode diukur dengan potensi manfaat dengan potensi resiko yang mungkin terjadi,” tukas dr Adang.

Dengan demikian, lanjut Adang, mungkin perlu dibuka kembali suasana dialogis yang dapat menghasilkan suasana keterbukaan satu sama lain. Dengan lebih membuka diri pada sesuatu hal yang baru, yang rujukan text book-nya belum di dapatkan. Apabila memang sebuah metode memiliki manfaat yang besar dengan resiko yang jauh lebih kecil, dengan Clinical Trial yang dapat dipertanggungjawabkan kenapa tidak dapat menerimanya.

“Pemerintah mulai saat ini semestinya memberikan fasilatas anak-anak bangsa yang berpotensi besar membesarkan bangsa. Seandainya Clinical Trial ini memakan biaya tinggi, sudah seharusnya pemerintah mengalokasikan anggaran, agar hasil karya anak bangsa terus berkembang. Bukan hal yang mustahil Indonesia akan menjadi salah satu negara pelopor dalam pengembangan metode pengobatan baru. Bukan hanya sebagai pengekor seperti selama ini”, pungkas Adang. []

Baca Juga  Pedagang Pasar Pangalengan Tolak Relokasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.