Selasa, November 26, 2024
spot_img
BerandaBale Bandung"Elod" Si Renyah yang Kurang Menyebar

“Elod” Si Renyah yang Kurang Menyebar

Warga Desa Rancakole, Kec Arjasari, Kab Bandung sedang mengemas elod. by Yaman didu/bbcom
Warga Desa Rancakole, Kec Arjasari, Kab Bandung sedang mengemas elod. by Yaman didu/bbcom

ARJASARI, Balebandung.com – Jumlah warga yang memproduksi elod makin berkurang karena pasarnya yang kurang berkembang. Mendengar nama “Elod”, makanan sejenis kerupuk ini mungkin masih asing. Selain renyah, elod memiliki citarasa asam yang khas yang bersumber dari hasil fermentasi singkong yang telah diparut selama dua hari.

Elod lebih enak dijadikan teman makan saat menyantap bakso, bisa juga dijadikan pelengkap makan nasi. Namun dikonsumsi sebagai cemilan biasa pun citarasa Elod tetap mantap di lidah.

Sekilas tampilannya seperti kerupuk, namun dari sisi bentuk elod memiliki rongga sama halnya seperti kerupuk dorokdok (kerupuk kulit). Namun yang membedakannya bahan dasar elod ini terbuat dari singkong.

Popularitas elod memang kurang berkibar, dibanding makanan sejenis lainnya apakah itu kerupuk atau dorokdok. Hal ini lantaran warga yang memperoduksi elod jumlahnya makin berkurang. Elod berasal dari Desa Rancakole Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Tahun 2011 elod banyak diproduksi warga Rancakole dalam skala industri rumahan. Sayangnya saat ini hanya empat warga saja yang masih bertahan memproduksi elod.

Salah seorang pengrajin elod, Popon (45) mengaku berkurangnya jumlah warga yang memproduksi elod karena penjualan elod yang tidak menentu dan kurang berhasil menembus pasar yang lebih luas. “Pasarnya belum tersebar luas ke luar desa,” ujar Popon di rumahnya, di RW 14 Desa Rancakole, Kec Arjasari, Kab Bandung, Minggu (28/8/16).

Untuk sekali produksi elod dibutuhkan satu kwintal singkong. Singkong kemudian diolah dan menghasilkan sebanyak 25 sampai 30 kg Elod. Setiap kali produksi Popon mengeluarkan modal sebesar modal Rp200 ribu. Dengan modal tersebut rata-rata keuntungan bersih yang didapat Popon sebesar Rp85 ribu.

Popon berharap ada bantuan untuk memperkenalkan elod secara lebih luas lagi. Saat ini ia bersama tiga warga lainnya yang masih memproduksi elod tidak mengerti bagaimana cara memperomosikan elod dengan baik.

“Ya, mohon dibantu saja promosinya biar elod bisa dikenal banyak orang. Kalau dikenal pasti yang beli bertambah,” harapnya. *** by Yaman Didu

spot_img
BERITA LAINYA

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

TERKINI

spot_img