SOREANG – Banyak perubahan yang dialami Kabupaten Bandung dalam usianya ke-375 tahun (20 April 1641-20 April 2016). Meroketnya angka IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang menyangkut aspek pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat merupakan salah satu adanya perubahan positif di daerah ini. IPM Kabupaten Bandung masih tetap di posisi tertinggi di Jawa Barat untuk tingkat kabupaten dalam 10 tahun terakhir.
Dalam Analisis Pembangunan Sosial (APS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Bandung menyebutkan capaian IPM Kabupaten Bandung dari tahun ke tahun merangkak naik. Tercatat IPM tahun 2011 sebesar 75,01 poin, naik menjadi 75,24 poin pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 menjadi 75,40 poin. Kenaikan kembali terjadi pada tahun 2014 sebesar 75,69 poin, sedangkan tahun 2015 tercatat 76,45 poin. Bahkan khusus untuk tahun 2015 ini melampaui target yang ditetapkan yaitu sebesar 75,89 poin.
Kepala Bappeda Kabupaten Bandung Ir. H. Ernawan Mustika menyatakan capaian IPM tahun 2015 sebesar 76,45 poin ditunjang oleh indeks kesehatan sebesar 76,72 poin, indeks pendidikan 86,29 poin dan indeks daya beli masyarakat 66,34 poin.
“Meskipun kenaikannya tidak terlampau besar, namun perkembangannya sudah cukup baik,” kata Ernawan dirilis Humas Pemkab Bandung, Selasa (19/4/16).
Sementara Kepala BPS Kabupaten Bandung, Basworo menyebut bertambahnya indeks kesehatan, pendidikan dan daya beli mengindikasikan adanya sebuah kemajuan di suatu daerah. Ketiga hal tersebut menurutnya merupakan sektor pembangunan yang dominan dan memiliki kontribusi yang cukup besar dalam membentuk kualitas sumber daya manusia.
“Karena keberhasilan pembangunan di sebuah wilayah, bisa dilihat dari pembangunan menusianya terlebih dahulu,” terang Basworo.
Kenaikan angka IPM dari tahun ke tahun, bagi Kabupaten Bandung tergolong luar biasa. Mengingat daerah yang kini berpenduduk 3.534.111 jiwa (BPS tahun 2015) dengan kepadatan penduduk 2.005 jiwa/km2 tersebut, masih menghadapi kendala yang tidak kecil. Mulai dari banjir, bertambahnya jumlah penduduk, alih fungsi lahan dan penyebaran penduduk yang tidak merata.
Perluasan lapangan kerja menjadi catatan khusus bagi Bupati Bandung H. Dadang Mochamad Naser, S.H, S.Ip, M.Ipol dalam tahap selanjutnya sebab jumlah angkatan kerja setiap tahun terus bertambah. Untuk lapangan kerja ini Dadang Naser telah memiliki strategi jitu. Diantaranya membuka kran investasi dengan berbagai kemudahannya, di samping penyediaan infrastruktur jalan untuk memperlancar mobilitas perekonomian.
Selama tahun 2015, nilai investasi yang masuk ke Kabupaten Bandung tercatat Rp. 7,4 triliun yang tersebar di 2.098 proyek dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 66.869 orang. Sebagian besar investasi sebesar itu bergerak di sektor sekunder seperti tekstil, percetakan, industri makanan, industri kayu, kimia, farmasi, logam dan industri listrik, dengan nilai investasi sebesar Rp. 6,8 triliun.
Disusul sektor usaha tersiar seperti konstruksi, perkantoran/kawasan industri, hotel dan restoran senilai Rp. 2,4 triliun. Namun di sektor usaha primer yang menyangkut tanaman pangan, peternakan, kehutanan, perikanan maupun pertambangan, nilai investasi yang diraih belum begitu menggembirakan. Tercatat tahun 2015 nilai investasi sektor primer hanya meraih Rp. 127,9 miliar.
Kepala BPMP (Badan Penanaman Modal dan Perijinan) Kabupaten Bandung Ir. H. Ruli Hadiana mengakui, nilai investasi yang diraih tahun 2015 merupakan terbesar selama kurun waktu lima tahun. Diperoleh catatan, tahun 2011 investasi di Kabupaten Bandung hanya meraih nilai Rp. 3,1 triliun, naik jadi Rp. 6,3 triiyun pada tahun 2012. Kenaikan kembali terjadi pada tahun 2013 senilai Rp. 8,2 triliun. Namun menginjak tahun 2014, terjadi penurunan sebesar Rp. 6,2 triliun.
“Alhamdulillah pada tahun 2015, investasi yang ditanam di Kabupaten Bandung naik kembali menjadi Rp. 9,4 triliun,” kata Ruli Hadiana.
Hadirnya jalan dan jembatan Lingkar Monteng di Kecamatan Ibun yang dibangun selama tahun 2015, diprediksi bakal menjadi pemicu semakin menguatnya kehidupan perekonomian Kabupaten Bandung di sebelah timur.
Pembangunan jalan lingkar tersebut digagas Bupati Dadang Mochamad Naser dengan maksud untuk memperlancar arus lalu lintas dari Kabupaten Bandung menuju Kabupaten Garut.
“Jalur tersebut diharapkan pula bisa menjadi salah destinasi pariwisata Kabupaten Bandung karena memiliki panorama alam yang sangat indah,” kata Dadang Naser.
Dibangunnya jalan tol Soroja (Soreang-Pasirkoja) yang rencananya selesai akhir Juli 2016, digadang-gadang bakal jadi kekuatan lainnya untuk mendongkrak pembangunan ekonomi Kabupaten Bandung pada tahun-tahun mendatang.
Dampak yang paling terasa dengan kehadiran jalan tol tersebut, akan dirasakan oleh sektor pariwisata khususnya yang berada di wilayah Bandung Selatan. Demikian pula dengan pemasaran hasil pertanian ke daerah lain, bakal semakin moncer.