JAKARTA – Sukses dalam karir, bukan suatu hal yang mudah bagi Gevika Rizki. Wanita berdarah Jawa ini memulai karir sebagai staf di Kementerian Pariwisata Jakarta urusan pasar luar negeri, meski waktu itu Andi belum lulus kuliah. Jiwa hospitality yang dimilikinya membuat Andi hijrah untuk berkarir di perhotelan.
Ditanya hobi, wanita murah senyum ini lebih memilih shopping. “Ya, namanya juga wanita, saya kan mensejahterakan karyawan mal, saya selalu investasi di setiap mal itu juga kan membantu perekonomian negara,” selorohnya..
Alumni Akademi Pariwisata Bandung 2002 ini mulai menekuni dunia hotel karena melihat temannya yang bekerja di hotel. Berawal dari Mercure Hotel & Residence Slipi tahun 2003 sebagai Sales Secretary hingga Account Manager.
Setelah itu Andi mencoba keberuntungan di Aston International Hotels, Resorts and Residences sebagai Regional Sales Manager, lalu berlanjut ke Aston Rasuna, Grand Whiz Kelapa Gading dan kini berlabuh di The Grove Suites by Grand Aston Jakarta sebagai Executive Assistant Manager.
Menanggapi kemacetan Jakarta yang hampir setiap hari dirasakan masyarakat DKI, wanita penggemar durian dan nonton film action ini menyikapinya dengan lebih banyak bekerja di kantor.
“Dulu kalau buat janji ke client, sehari bisa tujuh client yang didatangi, kalau sekarang tiga client saja sudah bersyukur, macet mengakibatkan pemborosan tingkat tinggi,” ujarnya.
Andi berharap dengan adanya fasilitas dari Pemda DKI seperti Bus Trans Jakarta dan ke depan ada MRT, akan menjadikan Jakarta menjadi kota yang nyaman dari sisi transportasi dan masyarakat pun lebih senang memilih kendaraan umum.
Melihat dari sisi pariwisata, wanita kelahiran Kertosono Jawa Timur 35 tahun lalu ini lebih memilih Bali, “Karena Bali di mata dunia sudah dikenal, selain keramahan masyarakat Bali dan banyaknya tempat-tempat wisata di Pulau Dewata tersebut. Dari aksesnya pun mudah untuk dilalui dan masyarakat di Bali mau terjun langsung dan bercampur dengan wisatawan dari domestik maupun internasional.” paparnya.
“Kalau di Jakarta memang lokasi-lokasi wisatanya tidak sebanyak di Bali, Jakarta lebih dikenal dengan kota bisnis, wajarlah jika wisatawan lokal atau mancanegara jika datang ke Jakarta lebih kepada business trip,” imbuhhnya.
Andi sangat mendukung keputusan Menteri Pariwisata Arief Yahya yang memprioritaskan 10 Destinasi Wisata di Indonesia pada 2016 dan menargetkan pariwisata domestik lebih tinggi untuk datang ke tempat-tempat wisata di Indonesia.
Kata Andi, wisata domestik lebih menguntungkan, karena wisatawan domestik, kalau keluar kota selalu membawa oleh-oleh khas dari tempat yang dikunjunginya dan akan menjadi fokus jika 10 destinasi dulu yang ditonjolkan, setelah itu baru lokasi wisata lainnya.