Bale Kota BandungHumaniora

Kisah Tragis DW Berretty, Raja Media Pemilik Villa Isola

isola-berrety1a2
Dominique William Berretty

BALEBANDUNG – Bangunan heritage di kawasan Lembang tepatnya di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung bernama Villa Isola dibangun pada Oktober 1932 dan selesai pada Maret 1933, relatif cepat untuk sebuah bangunan megah. Tapi sedikit orang tahu siapa pemilik Villa Isola ini dan kisah tragis yang dialami pria tampan yang tewas tahun 1934 ini.

Dari ayah seorang Italia dan ibu seorang Jawa, Dominique William Berretty yang lahir di Yogyakarta pada 20 November 1890 memiliki paras di atas pria pribumi rata-rata. Berkat statusnya sebagai anak inlander atau asing, Dominique mampu mengeyam pendidikan tinggi, yang pada akhirnya mengantarkan pria tampan ini menjadi karyawan PTT (Post Telecom En Telegraaf) serta Koran Java Bode.

Pada 1915 Berretty pernah meniti karir sebagai jurnalis pada Koran Java Bode (Utusan Jawa), sebuah surat kabar yang diterbitkan di Batavia, Hindia Belanda (kini Jakarta). Awalnya, koran ini terbit dua kali per minggu dan sejak tanggal 1 Desember 1869 terbit setiap hari. Sejak bulan Maret 1942 hingga tahun 1949, koran ini tidak terbit karena pendudukan Jepang di Indonesia.

Pada tanggal 11 Agustus 1852, koran ini diterbitkan untuk yang pertama kalinya, dan edisi penghabisan terbit pada bulan Maret 1957. Koran ini beraliran liberal, namun di bawah Conrad Busken Huet koran ini beralih haluan jadi konservatif dan sejak tahun 1932 arah koran ini menjadi “kanan” sejak dipimpin oleh Henri Zentgraaff, yang karena itulah mendapat kritik tajam dari penulis Eddy du Perron.

Di antara redaktur dan wartawannya yang terkenal antara lain Busken Huet sejak tahun 1868, Jan Eduard van Someren Brand sejak tahun 1889, Dominique Willem Berretty sejak sekitar tahun 1915, Johan Casper Paul Alberts sejak sekitar tahun 1918 dan Alfred van Sprang sejak tahun 1940.

Baca Juga  Disdukcapil Kota Bandung Luncurkan Jalan Raman dan Tenang

isola-koran-de-java-bodeKendati pernah bekerja di dua perusahaan media besar, Berrety yang cerdas ini tidak puas, berbekal uang pinjaman, pria ini membuka perusahaan telekomunikasi telegraf sendiri pada tahun 1917. Mengusung nama ANETA (Algemeen Nieuws En Telegraaf Agenschap), Berrety secara tidak terduga mampu memonopoli industri media dan telekomunikasi telegraf. Berretty pun menjelma menjadi raja media dan orang paling kaya raya di seantero Hindia Belanda.

Bisnis yang dijalankannya itu adalah memonopoli perputaran pers berita-berita yang beredar di Hindia Belanda. Berretty adalah sesosok pria flamboyan paling gesit berbisnis dan lincah dalam menaklukan wanita cantik. Dengan bermodal paras yang tampan dan ditambah timbunan uang yang tak terhitung, ia pun menjelma menjadi sosok Cassanova van Priangan. Antara tahun 1912 – 1934, Berretty tercatat sudah enam kali menikah dan memiliki lima orang anak.

Kesuksesan Dominique tidak luput dari pribadinya yang glamour dan sosialita. Ia adalah sebuah pribadi yang memukau sekaligus berantakan dan tidak terkendali. Bahkan kehidupan pribadi Dominique tak pernah lepas dari sorotan publik. Menjadi bahan gunjingan dan gosip dimana-mana.

Tercatat ia pernah menikah enam kali dan menghamili beberapa wanita. Desas-desus lain yang menimpa kehidupan tragis pribadi Berretty adalah salah seorang putrinya yang mati bunuh diri dengan cara menggantung diri di sebuah pohon di halaman Villa Isola. Namun salah satu gosip yang paling heboh dan sensasional pada zaman itu adalah ketika Berretty menjalin asmara dengan putri seorang Gubernur Jenderal, B.C de Jonge.

Personalitas Dominique Berretty memang tidak perlu diragukan lagi, bahkan menjadi awal kesuksesannya. Keluwesannya bergaul membuat dirnya mampu mendapatkan kontrak spionase dengan Jepang. Konon nilai kontrak spionase ini sebesar 500 ribu gulden. Hal ini membuat Gubernur Belanda saat itu B.C De Jonge tidak senang dengan Berretty.

Baca Juga  Innalillahi, Ibunda Aher Wafat

Sialnya pada tahun 1934 atau lebih tepatnya pada perjamuan malam Natal, Dominique Berretty yang tampan, sukses mendapatkan perhatian anak perempuan B.C De Jonge. Sontak sang gubernur bukan lagi tidak suka namun murka, dengan pria paling terkenal di tahun 1930-an ini. Tentunya hubungan antara anak perempuan De Jonge menjadi keuntungan tersendiri bagi Dominique. Konon banyak rahasia Belanda yang bocor ke Jepang ketika Berrety berhubungan dengan anak De Jonge di atas ranjang.

isola-berretycKematian dan Konspirasi
Pada tahun 1934 pula ANETA mendapat pukulan telak dari dunia bisnis telekomunikasi yang berubah haluan dari telegaf ke telepon nirkabel. Kondisi ini membuat Dominique harus mencari investor baru dan ia pun pergi menuju Belanda.

Desember 1934 setelah bertemu dengan para investor yang berniat membeli ANETA, Dominique pulang menggunakan pesawat DC 2 “uiver” dalam sebuah penerbangan reguler Amsterdam – Batavia. Penerbangan ini memuat empat awak dan tiga penumpang termasuk Berrety serta kargo 350kg surat. Nahas The Great Gatsby dari Batavia tidak pernah kembali menginjakkan kakinya di Batavia. Sebab 20 Desember 1934 pesawat DC 2 “uiver” jatuh di Syria dekat perbatasan Irak.

Laporan resmi menyebutkan DC 2 “uiver” jatuh karena tersambar petir. Namun desas-desus yang santer beredar menyebutkan bahkan pesawat malang tersebut ditembak. Konon Gubernur B.C De Jonge adalah otak di belakang jatuhnya pesawat Berrety. Ia sengaja berkonspirasi menghilangkan nyawa The Great Gatsby dari Batavia. Mengorbankan satu pesawat dengan empat buah awaknya, membuktikan bahwa Dominique Berretty adalah ancaman penting bagi Belanda saat itu.

Lebih mengejutkan dari kehidupan Taipan media Batavia ini adalah tidak adanya peninggalan catatan maupun surat-surat. Semuanya lenyap tak berbekas seperti ditelan waktu. Satu-satunya catatan tentang Dominique Willem Berrety adalah Letter of Hands, sebuah surat dari sekretarisnya jadi bukti otentik tentang kehidupan flamboyan nan glamor The Great Gatsby dari Batavia. (Konon surat ini ada di arsip sejarah Netherland)

Baca Juga  Pemkot Bandung Minta Tempat Hiduran Tutup Sementara

Roda nasib kemudian berputar terlalu cepat. Kehidupan mewah Sang Cassanova van Priangan pun tamat. Setelah kematian Berrety, Villa Isola itu dijual pada Hotel Homann. Ketika Jepang mendarat di Jawa pada 1942, Villa Isola kemudian berfungsi sebagai tempat tinggal dan markas Komandan Divisi Tentara Hindia Belanda.

Tidak lama kemudian Villa Isola kembali beralih fungsi dan berpindah tangan. Kali ini adalah menjadi markas Kampetai sekaligus tempat tinggal Jenderal Immamura. Gedung indah dan megah yang anggun itu menjadi saksi bisu abadi sebuah episentrum sejarah penyerahan kedaulatan Belanda kepada Jepang.

Setelah perang usai, pada tahun 1954 bangunan Villa Isola dibeli oleh pemerintah seharga Rp1,5 juta dan diubah namanya menjadi Bumi Siliwangi pada 20 Oktober 1954 yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang saat itu dijabat Mr. Muh. Yamin.

Oleh kementrian PP dan K gedung Bumi Siliwangi ini kemudian difungsikan sebagai tempat perkuliahan dan perkantoran Perguruan Tinggi Pendidikan Guru yang kelak bernama IKIP, lalu kini berganti nama menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Villa Isola menjadi bukti kehidupan glamour “The Great Gatsby” dari Batavia. Andai Berrety tidak pernah membangun Isola, mungkin namanya akan hilang terkubur waktu. sumber:1. sjoerdm netherland 2. jakartapedia

Bagikan

Tinggalkan Balasan