SOREANG – Persoalan sampah di Kabupaten Bandung, terus menerus menjadi masalah besar. Dibutuhkan gerakan masif dari semua pihak, melalui partisipasi dan kesadaran bersama, khususnya masyarakat sebagai sumber solusi terbesarnya.
“Solusi terbesar untuk persoalan sampah adalah partisipasi dan kesadaran masyarakat. Pemerintah sudah banyak menggulirkan program untuk menangani masalah sampah, tapi kalau kurang didukung ya tidak akan berdampak banyak. Jadi, kita harap semua bisa berbuat dan berupaya untuk bersama-sama menjadi bagian dari sumber solusi,” kata Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH,S.Ip.,M.Ip di Soreang, Senin (2/7/18).
Setelah libur Idulfitri, timbulan sampah makin banyak bertumpuk di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Liar. Namun hingga kini seluruh petugas kebersihan terus melakukan pengangkutan.
Masalah pengurusan buang sampah sembarangan menurutnya masih kompleks, karena selama ini sistemnya belum terbangun dengan baik. Beberapa waktu lalu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menyatakan kesiapannya untuk melakukan pengangkutan sampah, asalkan sudah dikarungi dan terpilah. Karena jika kita memakai paradigma lama, kumpul, angkut buang, akan memakan waktu dan tenaga lebih untuk menyelesaikannya.
“Saya mengajak masyarakat, aparat wilayah dan semua pihak agar mau bekerjasama. Secara masif dengan inisiatif dan kesadaran sendiri, mau mengelola sampah berbasis masyarakat sejak dari rumah. Melakukan pemilahan antara sampah yang organik dan non organik. Jadi, nanti petugas tinggal mengangkut sesuai jadwalnya. Sedangkan aparat wilayah, diharapkan bisa melakukan pengawasan dan imbauan,” ajak Bupati.
Bupati sempat terheran, sampah yang sudah terjadwalkan pengangkutannya secara teratur, dan pembersihan di TPS liar, keesokan harinya kembali menumpuk. Hal ini terjadi karena ada oknum masyarakat yang sengaja membuang sampah ke TPS liar, dan secara tidak sadar dia menjadi penyebab masalahnya.
“Sudah dibersihkan, ada larangan buang sampah sembarangan, besoknya numpuk lagi di tempat yang sama, padahal sudah diingatkan. Ya, minimal bisa memilah, karena sampah jadi masalah kalo bercampur,” tegasnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Asep Kusumah menambahkan, pihaknya sudah berupaya serius dalam menyelesaikan persoalan sampah. Sebanyak 90 unit armada dengan 105 petugas kebersihan dikerahkan untuk menyisir 15 titik TPS liar yangtersebar di Kabupaten Bandung.
“DLH punya 4 UPT Kebersihan yang melakukan pengangkutan terjadwal. Beberapa hari ke belakang di beberapa titik TPS liar, timbulan sampah kembali menumpuk. Contohnya di Beleendah, Dayeuhkolot, Pameungpeuk, Ciherang, Soreang, Rancaekek dan Sayati. Karena di Kabupaten Bandung tidak punya TPA (Tempat Pembuangan Akhir), maka saat pengangkutan, kita langsung kirim ke TPA Sarimukti di KBB,” ujar Asep Kusumah.
Kalau dihitung berdasarkan rumus Standar Nasional Indonesia tentang sampah, papar Asep, 1 orang menghasilkan 2,4 liter sampah setiap harinya. Jika dikalikan jumlah penduduk Kabupaten Bandung yang mencapai 3,6 juta jiwa, maka dihasilkan 9 juta liter sampah perhari.
“Kalau di masterplan, Dinas LH minimal punya 270 unit truk, kalau menghitung 1.400 ton sampah per hari dan ribuan cator se-Kabupaten Bandung, tapi itu bukan penyelesaian. Ayo kita bangun sistem tangani sampah sejak dari sumbernya, untuk pengelolaan sampah rumah tangga, karena penanganan sampah merupakan tanggungjawab bersama, ” serunya.***