Bandung adalah kota yang secara geografis terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2011, kota ini dianugerahi predikat salah satu World’s Great Cities of Art Deco. Wisata warisan bangunan bersejarah ini memang terkenal dan digemari pengunjung yang datang berwisata ke Bandung. Wisata Bandung yang berupa bangunan sejarah kolonial ini memiliki nilai prestise dan sejarah yang tinggi, tapi juga dapat menjadi salah satu tujuan berwisata di Bandung.
Kota Bandung pada zaman dahulu dikenal sebagai Parijs van Java, “Paris-nya Pulau Jawa”. Kenapa Bandung disebut Paris van Java? Sebagian berpendapat karena Bandung terletak di dataran tinggi dan dikenal sebagai tempat yang beriklim sejuk. Sebagian lagi percaya bahwa julukan ini didapat karena dahulu Bandung adalah pusat belanja dan banyak toko-toko diantaranya yang menjual pernak-pernik fashion —khususnya pakaian— seperti Paris. Tapi itu dulu. Sekarang, Paris yah Paris, Bandung yah Bandung, dengan karakteristik dan keunikannya masing-masing, pun masih ada persamaannya.
Bangunan bersejarah di Kota Bandung kini banyak yang beralih fungsi, meski pun begitu bangunan-bangunan itu tetap memiliki keunikan dan nilai penting baik dari arsitekturnya, fungsi serta bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Bangunan bersejarah di Bandung sehingga bukan sekadar tempat cuci mata dan berwisata, tapi dapat dijadikan sebagai objek wisata pendidikan.
Bandung juga dijuluki Kota kembang. Keharuman Kota Bandung sebagai Parijs van Java tak terlepas dari sejarah masa lalunya. Saat kekuasaan Kolonial Belanda berada di Nusantara, yaitu ketika masa MHW Daendels ia menggagas untuk menghubungkan Jalan Raya Pos (Grote Postweg, sekarang Jalan Asia Afrika) dengan Jalan Raya Anyer-Panarukan pada tahun 1811, Saat itu Bandung sudah mulai dikenal. Apalagi setelah pembangunan Jalan Kereta Api Batavia – Bandung pada tahun 1884, perkembangan Kota Bandung pun semakin pesat.
Fasilitas-fasilitas Kota Bandung kemudian banyak didirikan seperti Gedung Societet Concordia (Gedung Merdeka sekarang) pada tahun 1921 juga beberapa bangunan lain yang membuat kawasan Asia Afrika dan Jalan Braga tumbuh menjadi pusat rekreasi komersial. Perluasan Kota Bandung juga hingga ke arah sekitar Wastukancana (dulu Pieterspark) dan Jalan Merdeka (dulu Merdekaweg). Ada juga yang membangun rumah di kawasan Bandung Utara yang sekarang dikenal sebagai daerah Dago dan Cipaganti (dulu Nijlandweg).
Kawasan Wisata Bangunan Bersejarah
Banyaknya bangunan bersejarah di Kota Bandung menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap orang yang berkunjung. Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Kota Bandung diperkirakan tidak terlepas dari alasan warisan bangunan yang bersejarah di kota ini. Sampai sekarang, warisan budaya tersebut beberapa masih terpelihara dengan baik, bangunan-bangunan itu umumnya telah mendapat perlindungan dilindungi dari peraturan daerah, bahkan telah dicanangkan sebagai salah satu tujuan wisata (destinasi) secara nasional.
Secara bertahap, pencanangan itu telah menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Angka kunjungan ke Kota Bandung setiap tahun terus meningkat. Walaupun tidak sepenuhnya bermaksud untuk menikmati wisata bangunan bersejarah, tapi para pengunjung ketika menelusuri jalan-jalan di Kota Bandung mereka akan menikmati keindahan bangunan bersejarah tersebut.
Bangunan bersejarah di Bandung menurut E. Maryani dan Dina Siti Logayah dalam kajian penelitian berjudul “Pengembangan Bandung Sebagai Kota Wisata Warisan Budaya (Culture Heritage),” dapat dibagi ke dalam enam kawasan yang masing-masing kawasan diwakili oleh jaring-jaring jalan, yaitu : pusat kawasan sejarah (sekitar Alun-alun, Jln. Asia- Afrika, Jln. Braga, Jln. Cikapundung, ), kawasan Pecinan (Jln. ABC, Wilayah Pasar baru, Jln. Otto Iskandardinata), kawasan militer (Jln. Sumatera, Jln. Jawa, Jln. Aceh, Wilayah Gudang Utara), etnik Sunda ( Jln. Lengkong, Sasakgantung, Dewi Sartika, Karapitan, Melong), kawasan perumahan (Riau, Dipenogoro, Setiabudi, Gatot Subroto, Taman Sari, Dago), kawasan industri (Arjuna, Jatayu, Kebonjati).
Sebaran objek wisata bangunan bersejarah di Bandung ini kebanyakan berada di pusat kota. Hal ini berkesesuaian dengan pembangunan dan pengembangan Kota Bandung Tempo Doeloe yang terfokus di pusat alun-alun kota.
Pada akhir tahun 1920-an perancang kota Ir. Thomas Karsten lewat gagasannya untuk memperluas areal wilayah Kota Bandung. Perluasan kota ini didasari atas kepadatan jumlah penduduk yang ada di Kota Bandung dan kepada pengembangan “kolonial stad”, yaitu membenahi wajah kota menjadi prototipe yang menyediakan fasilitas dan privelese (kemudahan), keistimewaan bagi orang Eropa.
Sebutan “Kolonial Stad” mengacu pada desain model, berdasarkan gaya, bentuk dan corak arsitektur barat, yang mendominasi wajah Kota Bandung di masa lalu. Pembangunan yang memberikan kemudahan bagi orang Eropa, maka dibangunlah kawasan pemukiman bagi orang Eropa di Kota Bandung.
Bangunan yang cukup dikenal sebagai bangunan bersejarah yang menjadi ciri khas (landmark) Kota Bandung adalah Gedung Sate, Gedung Merdeka dan aula-aula Institut Teknologi Bandung (ITB). Berdasarkan data yang ada jumlah bangunan bersejarah di Kota Bandung yang dapat dijadikan Objek Wisata Bandung tidak kurang dari 40 buah. Bangunan-bangunan itu telah dilindungi sebagai bangunan warisan budaya yang tidak boleh dirusak atau dihilangkan. Nih, sebagian objek wisata bangunan bersejarah di Kota Bandung:
Nama Bangunan | Alamat Jalan |
Balai Kota Pemkot Bandung | Jln. Aceh |
Gedung Kologdam (Jaar Beurs) | |
Gedung Merdeka | Jln. Asia Afrika |
Hotel Preanger | |
Savoy Homann Hotel | |
Gedung Kantor Pos Besar | |
Gedung Rumentang Siang | Jlnn. Baranang Siang |
Gedung SMAN 3 dan SMAN 5 | Jln. Belitung |
Museum Asia Afrika | Jln. Braga |
Gedung Bioskop Majestic (AACC) | |
Hotel Braga | |
Landmark Building | |
Toko Sarinah | |
Toko Kopi Aroma | Jln. Banceuy |
Pabrik Kina | Jln. Cicendo |
Mesjid Cipaganti | Jln. Cipaganti |
Pendopo Kabupaten | Jln. Dalem Kaum |
Gedung Sate | Jln. Diponegoro |
Museum Geologi | |
Gedung Dwiwarna | |
Gedung ITB | Jln. Ganesa |
Gedung SMPN 5 | Jln. Jawa |
Gedung SMAN 1 dan SMAK Dago | Jln. Ir. H. Juanda |
PLTA Dago Pakar | Jln. Dago |
Kantor/Gudang PJKA | Jln. Kebon Jati |
Gedung Kodam III, Detasemen Markas | Jln. Kalimantan |
Kelenteng/Vihara Setia Budhi | Jln. Kelenteng |
Museum Mandala Wangsit Siliwangi | Jln. Lembong |
Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Barat | Jln. Martadinata |
Polwiltabes Bandung | Jln, Merdeka |
Gedung Santa Angela | Jln. Merdeka |
Kediaman Gubernur Jawa Barat | Jln. Otto Iskandardinata (Otista) |
Guest House Villa Merah | Jln. Taman Sari |
Villa Isola ?( Gedung Rektorat UPI) | Jln. Setiabudi |
Kawasan Objek Wisata bangunan bersejarah di Bandung dimungkinkan karena bangunan-bangunan tersebut dalam tata kotanya membentuk pola bergerombol. Hal ini juga menunjukkan bahwa salah satu wisata Bandung ini dari segi aksesibilitas mudah dijangkau, dalam artian dari tempat satu objek bangunan bersejarah ke objek wisata lainnya jaraknya relatif dekat. Selain itu, objek-objek wisata bersejarah di Bandung ini juga dikelilingi oleh objek wisata Bandung lainnya seperti wisata belanja atau wisata kuliner yang tidak berjauhan jaraknya.
Wisata bangunan bersejarah di Bandung yang cukup ramai dikunjungi adalah Gedung Merdeka di jalan Asia Afrika yang pada masa lalu merupakan Gedung Sociteit Concordia, dibangun pada tahun 1920-1928 oleh Van Gallen Last dan C.P.Wolff Schoemaker. Sekarang Gedung tersebut digunakan sebagai Museum Asia Afrika. Selain berfungsi sebagai museum, bangunan bersejarah ini juga berada di pusat kota yang mudah dijangkau dari berbagai jurusan.
Menikmati objek wisata bandung bisa dinikmati dengan cara walking tours atau wisata jalan kaki sambil mengamati Bandung lebih dekat. Kapan atuh ke Bandung? (wanus.org)