BANDUNG, Balebandung.com – Kepemimpinan bukanlah hal yang diperoleh secara instan. Kepemimpinan membutuhkan kerja keras dan keteguhan mental. Hal itu disampaikan Wali Kota Bandung Oded M. Danial saat memotivasi para santri Nurul Fikri Boarding School kelas International Program di Pendopo Kota Bandung, Sabtu (27/7/19).
Kunjungan para santri tersebut merupakan bagian dari rangkaian Sekolah Madani yang rutin dilaksanakan oleh pesantren yang berlokasi di Lembang, Kabupaten Bandung Barat itu.
Di hadapan para santri, Oded menceritakan kisah hidupnya sejak duduk di bangku sekolah. Pengalaman Oded membiayai sekolahnya sejak kelas 3 SMP menarik perhatian para santri. “Sejak SMP saya sudah membiayai sekolah sendiri. Saya sudah mencari uang. Bahkan bisa menyekolahkan 6 saudara saya,” kenangnya.
Berbagai cara bisnis ia tekuni. Oded yang sejak SMP belajar teknik mesin memanfaatkan ilmu yang dimilikinya untuk mengumpulkan biaya sekolah. Dari mulai merancang alat pembuat kawat korset, plisket tirai, hingga membuka jasa konveksi perlengkapan sekolah.
Sejak usia belia pula, ia sudah berlatih untuk menjadi penceramah. Di berbagai kesempatan, ia selalu belajar berdakwah. Bahkan saat telah bekerja di Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), statusnya sebagai ustaz selalu melekat.
“Jamaah saya di IPTN atau sekarang PT. DI, itu ada 1.200 orang. Selain itu, jiwa entrepreneurship saya tetap tumbuh. Sambil bekerja, saya berjualan madu. Itu yang menjadi bekal saya menguliahkan saudara saya di IPB,” ujarnya.
Saat keluar dari IPTN dan melanjutkan bisnis, Oded juga ditawari untuk berpolitik praktis. Kemampuannya dalam memimpin membuatnya dipercaya untuk menjadi anggota DPRD Kota Bandung selama dua periode. “Hingga pada tahun 2013 Mang Oded ditawari menjadi Wakil Wali Kota Bandung,” tuturnya.
Sebagai seorang ustaz, semua proses itu ia jadikan sebagai jalan dakwah. Menurutnya, dakwah dengan kekuasaan bisa memiliki pengaruh yang lebih kuat untuk membawa warga muslim Kota Bandung kepada ketaatan.
“Saya menggulirkan banyak program, salah satunya adalah Bersatu atau Berjamaah Salat Tepat Waktu. Saya juga menggerakkan salat subuh berjamaah. Saya keliling salat subuh di berbagai tempat setiap seminggu sekali,” bebernya.
Ia juga mendorong penerapan Bandung Agamis kepada pemeluk agama lain. Setiap hari raya keagamaan, seperti Natal, Waisak, dan Nyepi, ia mengundang para pemuka agama ke Pendopo untuk beramah tamah, dan berdiskusi soal kehidupan bermasyarakat di Kota Bandung.
“Prinsip saya, jadikan ini semua menjadi jalan dakwah. Menjadi pemimpin bukan berarti memiliki kekuasaan, tetapi menjadi pemimpin adalah tugas yang dibebankan kepada Mang Oded untuk membawa Kota Bandung kepada kesejahteraan namun senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan,” tuturnya. ***