SOREANG – Para pengemudi ojek dan angkutan umum di Kabupaten Bandung mulai mengeluhkan dampak dari keberadaan taxi online atau transportasi berbasis online. Keberadaan taxi online dengan jenis kendaraan roda empat yang rata-rata keluaran terbaru itu, membuat para pengemudi ojek konvensional atau pangkalan menganggur.
Salah seorang pengemudi ojek pangkalan, Asep (50), yang sehari-hari mangkal di pertigaan Warunglobak Kecamatan Katapang mengatakan, sejak setahun terakhir ini, ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Pekerjaannya sebagai ojek pangkalan kian hari kian sepi penumpang. Sepinya penumpang ini membuat ia enggan nongkrong di pangkalan tempat yang selama bertahun-tahun ia gunakan mencari penumpang.
“Sekarang tidak bergairah lagi, soalnya mangkal juga percuma. Penumpangnya habis sama taxi online. Kami para pengemudi ojek pangkalan dan angkutan umum cuma bisa gigit jari. Jadi, saya lebih banyak diam di rumah saja, yah walaupun bingung tak ada biaya kebutuhan rumah tangga,” kata Asep yang tercatat sebagai warga Desa Gandasari Kecamatan Katapang, Senin (24/7/17).
Dikatakan Asep, keberadaan taxi online sejak satu tahun terakhir ini, sangat berpengaruh terhadap usaha jasa ojek yang ia dan kawan-kawannya lakoni sejak bertahun-tahun lamannya ini. Karena memang, taxi online yang rata-rata menggunakan mobil keluaran terbaru itu, tak hanya menarik penumpang jarak jauh saja. Jarak beberapa kilometer yang biasanya menjadi pasar ojek pangkalan pun kini dilayani juga oleh taxi online.
“Bayangkan saja tarif ojek pangkalan seperti kami, satu orang penumpang dengan jarak tempuh kurang lebih 5 kilometer Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu. Nah kalau naik taxi online, contohnya jenis mobil Terios terbaru dengan jarak yang sama ongkosnya cuma Rp 16 ribu, dan itu bisa terangkut lebih dari dua orang penumpang,” ungkapnya.
Tak hanya itu saja, kata Asep, untuk perjalanan dari wilayah Kabupaten Bandung ke Kota Bandung saja, tarif taxi online ini hanya sekitar Rp 100 ribu. Dengan tarif yang murah, tentu saja calon penumpang saat ini lebih memilih taxi online ketimbang naik ojek dan dilanjutkan dengan angkutan umum jurusan Soreang-Bandung.
“Satu mobil itu kan bisa diisi penumpang lebih dari enam orang. Sudah begitu dijemput di depan rumah, mobilnya baru dan ber-AC. Jadi penumpang lebih milih taxi online dari pada ojek dan angkutan umum. Para pengemudi angkutan umum juga sama banyak yang mengeluhkan kondisi ini. Lalu nasib kami bagaimana para pengemudi ojek pangkalan dan angkutan umum ini?” kata dia.
Sebenarnya, lanjut Asep, bukan tidak ada keinginan ia dan sesama pengemudi ojek untuk beralih menjadi pengemudi ojek online atau bahkan sopir taxi online. Namun, berbagai persyaratan yang ditetapkan oleh perusahaan taxi online sulit dipenuhi oleh mereka.
“Bukannya kami tidak mau pindah jadi ojek online atau taxi online. Tapi saya tidak punya kendaraan baru dan ponsel berbasis android. Kalau beberapa teman kami memang ada juga yang beralih jadi sopir taxi online, tapi kan tidak semua orang mampu,” bebernya.
Sementara itu, Herni (37) salah seorang pengguna jasa taxi online warga Kecamatan Cangkuang merasa diuntungkan dengan kehadiran taxi online. Karena selain tarif yang dikenakan lebih murah ketimbang angkutan umum dan ojek konvensional, taxi online ini juga memberikan layanan jemput ke rumah calon penumpangnya.
“Yah, lebih murah, aman dan nyaman. Sebenarnya kalau angkutan umum konvensional tarifnya bisa murah dan ada jaminan keamanan dan kenyamanan, saya juga masih mau pakai. Kalau soal kasihan sama pengemudi ojek dan angkutan umum sih iya juga, tapi yah namanya konsumen pasti mencari harga yang murah, aman dan nyaman dong,”ujarnya.