Pemkab Purwakarta menyiapkan sekolah budaya dalam upaya pengembangan sistem pendidikan berbasis budaya. Bupati Purwakarta, H. Dedi Mulyadi,SH., mengatakan sekolah budaya itu akan dibangun di setiap kecamatan.
Dedi mengungkapkan sekolah budaya ini bagian dalam pengembangan minat dan bakat siswa sejak usia sekolah dasar. Sehingga dalam ke depan akan disiapkan sekolah budaya setiap kecamatan satu sekolah.
“Percontohan sekolah budaya untuk membangun lingkungan sekolah berdasarkan wilayah dan karakteristiknya. Sekolah tersebut mengajarkan nilai kebudayaan yang di mana tetap sesuai kurikulum, cuma kita dibentuk lagi dalam nilai aplikatif”, ungkapnya bupati dirilis Humas Purwakarta, Senin (22/2).
Dedi menambahkan target yang ingin dicapai dalam sekolah budaya ini agar bisa menghasilkan siswa yang memiliki kreatifitas dan produktifitas.
“Dari sekolah ini akan banyak menghasilkan produktifitas, tingkat pendidikan dasar. Dan sejak dini kita arahkan anak-anak untuk mengetahui bakat minatnya serta dalam kehidupannya yang di mana Purwakarta termasuk dalam budaya Sunda,” tuturnya.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purwakarta, Didi Garnadi menambahkan, program sekolah berbudaya ini, yakni memadukan antara pelajaran umum dengan kebudayaan. Selain aspek manajerial administrasi, dalam pelajarannya pun mengusung konsep pendidikan berkarakter.
“Jadi sekolah ini akan menerapkan nilai-nilai pendidikan dan norma budaya khususnya kesundaan. Misalnya, anak-anaknya akan diajarkan pendalaman tata krama, kebudayaan serta seni tradisi kesundaan,” ujar Didi.
Dia menambahkan, terkait penerapan sekolah berbasis kebudayaan ini untuk sementara targetnya satu kecamatan memiliki satu SD budaya. Jadi, ke depan akan ada 17 SD budaya percontohan. Namun demikian menurutnya tak menutup kemungkinan SD percontohan ini pada kenyataannya jumlahnya akan lebih dari 17.
Sebenarnya, tambah dia, dari jumlah SD di wilayah ini yang mencapai 460 unit. Seluruhnya telah lama mengaplikasikan pendidikan berkarakter. Hanya saja, tinggal dipadukan dengan sarana dan prasarana yang ada. “Tapi, untuk sementara 17 SD saja sebagai percontohan,” sebutnya.