BALEKOTA – Pemkot Bandung terus berupaya memperbaiki sistem drainase di Kota Bandung. Setelah kolam retensi Sarimas, kini Pemkot Bandung telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 10 miliar untuk membangun kolam retensi Sirnaraga.
“Sebetulnya oleh pemerintah kolonial itu, sistem drainase Kota Bandung sudah disiapkan untuk 800.000 jiwa penduduk kota. Dari mulai hulu, ada penampungan di beberapa tempat sampai di Karangsetra, di Taman Maluku, dan sebagainya. Fungsinya sama, seperti rem air. Tapi sekarang, penduduk sudah tumbuh sampai 2,4 juta jiwa. Maka kita perlu bangun sistem baru,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung Arief Prasetya dalam Bandung Menjawab di Media Lounge Bale Kota Bandung, Kamis (1/3/18).
Sistem ini, lanjut Arief, sedang dicicil satu persatu mengingat biaya yang dihabiskan akan sangat besar. “Secara makro kami sudah berdiskusi tetang penanganan banjir. Kami akan membuat kolam retensi di Sirnaraga. Diharapkan hasilnya bisa menahan run off,” ujarnya.
Kolam retensi tersebut akan dibangun seluas 500 meter persegi dan diperkirakan mampu menampung hingga satu juta liter air. Pemkot telah menyiapkan dana sebesar Rp 10 miliar untuk pembangunannya. Di kolam retensi Sarimas, dibuat empat kolam yang dirancang seperti bejana berhubungan. Manakala satu kolam penuh, maka air akan mengisi kolam yang lainnya.
“Kolam Sarimas di Arcamanik itu juga untuk menahan air dari utara yang vegetasinya juga sudah cukup menurun,” kata dia.
Tak hanya itu, Arief juga menginisiasi akan mengaktifkan cucu-cucu Sungai Cikapundung. Selama ini, air mengalir di 46 anak sungai Cikapundung. Pihaknya terus mengkaji gagasan tersebut.
“Kita ingin menghitung ulang manajemen perairan ini, berapa basement air dan kolam air yang dibutuhkan. Cucu sungai mana yang kita bisa manfaatkan untuk mendukung ini. Yang perlu kita pertimbangkan adalah jangan sampai cucu air ini nanti menimbulkan persoalan baru,” terangnya.
Saat ini, Dinas PU membersihkan sedimen sungai untuk memperdalam sungai serta meninggikan bibir sungai dengan membangun kirmir. “Kalau secara ideal dalam jarak dan lebar tertentu harus ada jalan inspeksi, tapi ini kan sudah ada perumahan warga, jadi kita agak kesulitan,” imbuh Arief.
Terkait basement air di Jalan Pagarsih berfungsi dengan baik, Arief mengatakan, basement air tersebut berperan sebagai penampung air sementara agar tidak langsung masuk ke sungai yang daya tampungnya terbatas. Air yang telah tertampung sedikit demi sedikit di dalam basement akan dialirkan ke Sungai Citepus.
Hanya saja pada peristiwa beberapa waktu lalu, curah hujan sangat tinggi di hulu sungai. Hal tersebut menyebabkan debit air meningkat drastis saat sampai ke hilir sehingga tidak tertampung sepenuhnya di dalam basement. “Waktu awal tahun itu juga hujan besar, tapi tidak sampai ada genangan,” tuturnya.
Kendati begitu, pihaknya tetap mengevaluasi luas infrastruktur tersebut. Menurutnya, pembangunan basement adalah satu dari serangkaian strategi penahan banjir yang sedang dilakukan Pemkot Bandung.[]