SOREANG,balebandung.com – Kementerian Pertanian melalui Dinas Pertanian Jabar terus berupaya meningkatkan kualitas infrastruktur pertanian di Kabupaten Bandung, salah satunya di kawasan pertanian padi Rancaekek.
Peningkatan infrastruktur pertanian itu melalui program prasarana dan sarana pertanian. Bahkan anggaran untuk peningkatan infrastruktur pertanian itu langsung digulirkan melalui rekening kelompok petani dengan besarnya anggaran Rp 75 juta per titik lokasi, yang bisa digunakan untuk perbaikan atau pembangunan saluran air.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung H. A Tisna Umaran mengatakan, pembangunan infrastruktur melalui program peningkatan prasarana dan sarana pertanian di Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung itu, di antaranya di tiga titik lokasi pembangunan.
“Masing-masing titik mengairi lahan pertanian padi seluas 50 hektare,” kata Tisna Umaran didampingi Pengawas Mutu Hasil Pertanian Bidang Prasarana Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Bambang Setiadi kepada wartawan di Soreang, Rabu (24/8/2022).
Menurut Tisna Umaran, penerima manfaat program Kementerian Pertanian itu, di antaranya Kelompok Tani Mekar Melati, Kelompok Tani Barokah dan Kelompok Tani Sugih.
“Harapan kedepan, dengan adanya peningkatan infrastruktur pertanian di Rancaekek dapat mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian,” kata Tisna Umaran.
Menurutnya, untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan itu, dengan cara pemerintah hadir dan memberikan bantuan program padat karya dalam pembangunan prasarana dan sarana pertanian.
“Jika prasarana dan sarana pertanian tak menunjang, dikhawatirkan lahan pertanian semakin tergerus. Kemudian, para petani tidak lagi peduli, apalagi dengan kondisi saluran air rusak dan air semakin susah untuk mengairi lahan pertanian,” tutur Tisna Umaran.
Diharapkan, dengan adanya perbaikan saluran irigasi, para petani semakin bergairiah dan semangat untuk mengolah lahan pertanian. “Lebih penting lagi, dengan adanya perbaikan saluran irigasi tidak terjadi alih fungsi lahan pertanian. Harapan lainnya, dapat meningkatkan pendapatan dan produksi pertanian,” katanya.
Harapan lainnya, imbuh Tisna Umaran, disaat musim kemarau, para petani bisa tanam karena saluran airnya sudah bisa mengalirkan air ke lahan pertanian yang bersumber dari Sungai Citarik tersebut.
“Kita juga berharap kepada para petani, dengan adanya perbaikan atau pembangunan saluran air ini, para petani bisa memelihara dan jangan sampai saluran air itu rusak lagi,” tuturnya.
Menurutnya, jika saluran air itu terpelihara, diperkirakan bisa bertahan antara 20-30 tahun. “Apalagi kalau tidak ada penggusuran lahan, infrastruktur pertanian akan bertahan lama.
Apalagi di dataran rendah tidak terjadi longsor dan kerusakan,” katanya.
Ia mengatakan dengan adanya peningkatan pembangunan infrastruktur itu, bisa mencegah alih fungsi lahan. Sebaliknya, jika infrastruktur pertanian kurang, dikhawatirkan akan menjadi sasaran pengembangan untuk mendirikan bangunan dan berimbas pada alih fungsi lahan.
“Kita berharap jika aliran air normal ke lahan pertanian, akan mencegah alih fungsi lahan. Bahkan jika kondisi air normal, penanaman padi bisa tiga kali dalam setahun, dan minimal dua kali masa tanam,” katanya.
Tisna Umaran juga berharap dengan adanya perhatian pemerintah dalam peningkatan infrastruktur pertanian, para petani pun bisa turut mengendalikan alih fungsi lahan.
“Yang tadinya lahan pertanian itu tidak terairi, menjadi terairi kalau ada perbaikan atau pembangunan saluran air itu. Kalau aliran air semakin bagus, sehingga suplai air ke lahan pertanian semakin terjamin,” ujarnya.
Tisna Umaran mengatakan, adanya perbaikan prasarana dan sarana pertanian itu, setelah ada usulan dari para petani untuk perbaikan infrastruktur pertanian yang mengalami kerusakan atau kondisinya kurang bagus.
“Jadi ada perbaikan saluran air itu setelah ada usulan dari para petani. Tentunya dengan sasaran saluran air yang mengalami kerusakan, dengan anggaran Rp 75 juta per titiknya,” jelasnya.
Ia juga mengaku bersyukur setiap ada perbaikan saluran air, selalu muncul swadaya masyarakat dari para petani. Mulai dari swadaya material bangunan maupun tenaga. “Tetapi besaran swadaya itu bergantung pada kelompok taninya, dalam melakukan upaya pentahelik di lapangan,” katanya.
Menurutnya, dari mulai proses perencanaan, pelaksanaan hingga selesai pembangunan saluran air itu, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung melakukan pembinaan kepada para petani sebagai penerima manfaat.
“Supaya para petani turut menjaga dan memeliharanya,” katanya.***
[…] source […]