BANDUNG – Perhutani terus melakukan penguatan di sektor non kayu, terutama pangan. Di samping dalam rangka mendukung program kedaulatan pangan yang digaungkan pemerintah, dari aspek bisnis sektor pangan memiliki nilai keuntungan yang cukup besar.
“Perhutani harus ambil peran dalam upaya membangun kedaulatan pangan. Kita harus berkontribusi untuk negeri dalam urusan pangan,” tandas Dirut Perhutani Mustoha Iskandar saat Silaturahmi dan Halal Bihalal Perhutani di Graha Rimba Harmoni, Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten, Jl Sukarno Hatta no 628, Bandung, Rabu ( 20/7/16).
Pengayaan pangan yang dilakukan Perhutani,kata Dirut, utamanya melalui penanaman padi dan jagung yang ditanam di kawasan hutan melalui sistem tumpang sari. Berdasarkan data Perhutani tahun ini yang cukup menonjol adalah produksi jagung. Dari jumlah yang ditargetkan 1,2 juta ton per tahun, sampai dengan semester I tahun ini produksi jagung sudah mencapai 54 persennya.
Selain ada permintaan dari pemerintah, sektor pangan yang digarap Perhutani bisa mendatangkan keuntungan, baik dari sisi pendapatan serta perbaikan cash flow Perhutani.
Mustoha mengungkapkan sektor non kayu sebenarnya sudah digarap Perhutani sejak lama. Penguatan di sektor non kayu merupakan pilihan logis lantaran memiliki daya jangkau bisnis ke depan yang baik, dan bisa menambah pundi-pundi pendapatan Perhutani di luar kayu.
“Kita tidak bisa mengandalkan pendapatan dari satu keranjang saja. Untuk itu Perhutani harus bisa memiliki semangat corporate lifecycle dengan terus berinovasi, tapi tetap berpijak pada kaidah-kaidah kelestarian. Saat ini tak bisa dipungkiri pasar kayu jati hanya untuk kalangan tertentu saja karena harganya mahal, akhirnya pasar mencari subtitusi jenis lain,” ujarnya.