BANDUNG – Sektor perkebunan di Provinsi Jawa Barat kini masih menjadi kontributor utama perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Menurut data tahun 2015, Jabar memiliki perkebunan seluas 488.168 hektar, yang terdiri dari perkebunan besar negara seluas 68.850 ha, perkebunan besar swasta 54.633 ha dan perkebunan rakyat seluas 364.685 ha.
Sumber daya manusia petani yang terlibat dalam pembangunan perkebunan di Jabar sebanyak 1.381.775 kepala keluarga, 5.543 kelompok tani dan 10 asosiasi komoditas perkebunan.
“Besarnya potensi perkebunan ini bisa kita lihat dari banyaknya komoditas yang dikembangkan,” kata Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar saat Rakor Pembangunan Perkebunan Jabar, di Bandung Selasa (7/3/17).
Wagub menyebut ada 32 komoditas perkebunan yang dikembangkan itu dan terbagi jadi 4 kelompok. Pertama, Komoditas Strategis, terdiri dari komoditas kopi, teh, karet, kakao, kelapa, cengkeh, tebu dan tembakau.
Kedua adalah Komoditas Prospektif, diantaranya kemiri sunan, kelapa sawit, kelapa hibrida, aren, pala, lada, nilam, jambu mete, kayu manis, kemiri, panili dan jarak. Selanjutnya ada Komoditas Unggulan Spesies Lokal, yaitu akar wangi, sereh wangi, kina, kenanga, mendong, pandan, guttapercha, kumis kucing, pinang dan kapok. Terakhir yaitu Komoditas Rintisan, diantaranya Kenaf dan Indigofera.
“Jumlah produksi dari semua komoditas itu mencapai 540 ribu ton lebih,” ungkap Deddy. Sementara, tiga komoditas masih menjadi komoditas tertinggi, yaitu kelapa sawit sebesar 175.169, teh 92.317 ton dan kelapa dalam 88.674 ton.
Dalam Rakor pembangunan perkebunan Jabar itu Deddy berharap terjalin kerjasama lebih sinergis seluruh pemangku kepentingan termasuk swasta dan masyarakat untuk bersama mengakselerasi kemajuan agribisnis perkebunan di Jabar terlebih saat ini berada di era Masyarakat Ekonomi Asean.
“Ini mutlak dibutuhkan peningkatan daya saing produk perkebunan agar mampu bersaing dengan produk negara lain dan menjadi komoditas unggulan ekspor,” tandasnya.