NGAMPRAH – Tingginya permintaan teh di dalam negeri membuat petani teh di Kabupaten Bandung Barat (KBB) kewalahan untuk memproduksi teh guna disuplai ke berbagai wilayah di Indonesia.
Kasi Perlindungan Lahan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) KBB Yana Iriana mengungkapkan dalam satu bulan kemampuan produksi teh di KBB rata-rata hanya mencapai 20 ribu ton. Sedangkan permintaan yang masuk jumlahnya lebih dari itu.
“Permintaan teh ke KBB ini sangat tinggi kebanyakan datang dari daerah seperti Sukabumi dan Tegal. Itu belum termasuk permintaan teh secara langsung dari perusahaan-perusahaan minuman skala nasional sehingga petani harus kewalahan memenuhi pesananan teh tersebut,” terangnya.
Dia menyebutkan saat ini permintaan teh terbagi kedalam tiga golongan, yaitu teh hijau, merah dan hitam. Untuk permintaan teh biasanya disesuaikan dengan permintaan masing-masing konsumen atau perusahaan yang mencakup teh untuk minuman yang meliputi teh kemasan (packet tea), tea bag, instant tea , flavoured tea , teh wangi (teh melati), aneka minuman siap saji (ready to drink tea) antara lain teh botol, teh kotak, dan lain-lain.
“Pesanannya tergantung dari permintaan yang datang, namun secara umum pesanan yang paling banyak adalah untuk jenis teh hijau dan hitam,” ucapnya.
Guna mengatasi keterbatasan produksi saat ini para petani sudah ada yang melakukan merger dengan salah satu perusahaan besar sehingga produksi teh pun semakin meningkat. Tidak hanya itu para pengolah teh pun sudah mempunyai bapak angkat masing-masing seperti di Sukabumi dan Jawa Tengah, jadi prodkusi setiap bulanya pun stabil dan mencapai puluhan ton.
Menurutnya daerah di KBB yang menjadi penghasil the seperti di daerah Desa Wangunjaya, Cikalong Wetan dan Desa Ciapada Cisarua. Kebanyakan dari mereka memang masih menggunakan alat pengolahan teh secara konvensional, tetapi mereka tetap sanggup dan konsisten dalam memenuhi permintaan kebutuhan the yang terus meningkat dari tahun ke tahun. (fik)