Selasa, November 26, 2024
spot_img
BerandaBale BandungPolitisi Hanura yang Lahir dari Keluarga Sukarnois

Politisi Hanura yang Lahir dari Keluarga Sukarnois

darus2
Anggota DPR RI Dapil Jabar II H Dadang Rusdiana, SE,M.Si

Sering dikenalkan dengan buku-buku tentang Sang Proklamator Ir. Soekarno oleh sang kakek, membuat Anggota DPR RI Dapil Jabar II H Dadang Rusdiana, SE,M.Si, mulai jatuh cinta pada diplomat dan politisi.

“Sudah dari kecil saya dikasih asupan buku-buku diplomat dan politisi, membuat saya ingin menjadi seorang diplomat atau politisi dengan kemampuan retorika tinggi adalah impian yang selalu diidam-idamkan. Tentunya karena pengaruh asuhan kakek yang sangat Sukarnois, di samping darah aktivis yang diwariskan ayahanda, yang aktivis GMNI di Publisistik UNPAD,” tutur Dadang.

Sebelumnya Dadang Rusdiana pernah mencalonkan diri sebagai calon Wakil Bupati Bandung pada Pilkada Kabupaten Bandung 2010 yang diusung Partai Keadilan Sejahtera dengan pasanganya Ridho Budiman Utama dari PKS. Makanya, sebagai tokoh politik yang berpengalaman, Kang Darus, sapaan akrab Dadang Rusdiana, mendapat kepercayaan di tahun 2014 dari Ketua Umum Partai Hanura H. Wiranto untuk menjadi Caleg DPR RI dari Dapil Jabar II (Kab Bandung-Kab Bandung Barat). Darus mengaku dirinya bertujuan masuk ke DPR untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat.

Karena itulah Darus pun lolos ke Senayan dengan mengalahkan caleg nasional lainnya dan bagi Partai Hanura pertama kalinya mendapat kursi di Dapil Jabar II. Darus menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019 mendapatkan tugas di Komisi X, Banggar dan sebagai sekretaris Fraksi Partai Hanura.

Sebagai anggota DPR RI, ditempatkan di Komisi X yang berbasis pendidikan, bukan hal yang baru dalam hidupnya. Ketika masih kuliah, Darus juga ditugaskan oleh ayahanya untuk mengajar di SMP Pelita dan SMP PGRI Arjasari dari tahun 1988 sampai tahun 1998. Hingga kini pun Darus aktif pula mengajar di Fisipol Universitas Nurtanio Kab Bandung.

“Bukan hal baru dunia pendidikan bagi saya, maka itu saya memilih Komisi X untuk memperjuangkan dunia pendidikan di Indonesia lebih maju, dan dapat melahirkan bibit anak bangsa yang bermutu,” kata Darus yang lahir di Desa Pinggirsari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, 13 Februari 1967 ini.

Peran Orangtua

Kang Darus menceritakan orangtuanya berprofesi sebagai guru SDN Arjasari yang sangat telaten dalam membimbingnya menyelesaikan seluruh kegiatan persekolahan. “Setelah naik ke kelas V, saya hanya sempat duduk sekitar satu minggu di bangku kelas, kemudian tanpa diduga saya dipindahkan ke kelas VI untuk mempercepat proses belajar di tingkat Sekolah Dasar,” kenangnya.

Setelah lulus dirinya melanjutkan ke SMP PGRI Arjasari, sekolah yang didirikan ayahnya sendiri, yang sangat peduli terhadap perkembangan pendidikan di pedesaan. Tiga tahun kemudian Darus diterima di SMAN 37 Baleendah (kini SMAN Baleendah), tentunya dengan usia paling muda dan postur badan relatif kecil dibandingkan dengan teman-teman sekelas lainnya.

“Hal itu kerap membawa saya pada pengalaman-pengalaman lucu, seperti kaos olahraga yang kedodoran, atau seloroh bapak guru yang sering menyapa dengan nada gurau, “Teu salah asup sakola? leutik keneh geus SMA?” (Nggak salah masuk sekolah? Kecil-kecil sudah SMA?)

Tapi ayahnya memang berpendapat lain, ia menginginkan anaknya merintis diri menjadi seorang birokrat dengan membujuk saya untuk masuk APDN, mengikuti jejak kakaknya ibu yang lulusan APDN. Namun apa daya, tahun itu APDN hanya menerima mahasiswa ikatan dinas, tidak dari umum. Sedangkan Sipenmaru UNPAD sudah ditutup. Darus hanya bisa gigit jari dengan risiko tidak melanjutkan kuliah, karena tidak ada perguruan tinggi yang diminati.

Di mata Darus, ayahnya adalah sosok yang tidak pernah menyerah dengan keinginannya untuk membuat anaknya kuliah. Melihat tayangan TVRI di mana Presiden Suharto membuka perguruan tinggi baru di Jatinangor, yaitu Institut Koperasi Indonesia (Ikopin).

“Maka ayah saya pun membujuk saya untuk mau berkuliah di perguruan tinggi yang dikhususkan mencetak kader-kader koperasi nasional tersebut,” tuturnya. Berkuliah tanpa minat sungguh-sungguh pada bidang perkoperasian malah membuatnya tetap jatuh cinta pada dunia politik. Dengan berstatus mahasiswa, Darus lebih banyak aktif pada kegiatan-kegiatan organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan.

Karena aktif dalam kegiatan kemasyarakatan itulah, Darus muda bertemu dengan seorang perempuan Cangkuang Banjaran pada Upacara 17 Agustus 1986, yang kemudian menjadi istrinya hingga kini, Hj.Noneng Karnengsih. Dari Noneng ia dikaruniai tiga anak, Mega Mahardika, Gilang Haikal Hikmatyar, dan Sani Firas (meninggal ketika dilahirkan).

darus istri

Kiprah Kepemudaan

Aktivitas dalam berpolitik dan berorganisasi benar-benar berurat akar dalam hidupnya. Ia mengawalinya dengan menjadi Ketua Angkatan Muda Siliwangi Subrayon Desa Arjasari. Tak sampai setahun, Darus dipercaya menjadi Ketua I AMS Rayon Kecamatan Arjasari. Selang berapa lama, ia dipercaya oleh para aktivis untuk menjadi Ketua Umum Wirakarya Kecamatan Arjasari kemudian jadi Wakil Sekretaris Depicab Wirakarya Kabupaten Bandung.

Kiprah Darus dalam kegiatan kepemudaan tak selesai sampai di situ saja sebab kemudian ia aktif di Bidang Kaderisasi DPD KNPI Kabupaten Bandung tahun 1992-1995, lantas dua periode menjabat sebagai Sekretaris KNPI Kabupaten Bandung (1995-1998, 1998-2001) di masa ketuanya H Dadang M Naser (kini Bupati Bandung).

darus-knpiKemudian Darus dipercaya menjadi Ketua DPD KNPI Kabupaten Bandung pada tahun 2001 – 2004. Darus didampingi sekretaris Sugianto (kini Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bandung). “KNPI bagi saya merupakan organisasi yang memberikan pergaulan yang baik untuk menghargai keragaman politik dan makna dari kehidupan yang penuh toleransi,” ujarnya.

Kiprahnya di KNPI kini menjabat Wakil Ketua KNPI Jawa Barat, dan Ketua Majelis Pemuda Indonesia Kabupaten Bandung. Darus pun dipercaya untuk ikut memberikan sumbangsih di beberapa organisasi. Sebagai Wakil Sekretaris AMPI Jabar (2004-2009), Ketua Lembaga Hikmah Muhammadiyah Kabupaten Bandung (2005-2010), Biro Hukum MUI Jabar (2006-2011), menjadi penasehat berbagai organisasi kepemudaan, dan sekarang Darus menjadi salah seorang Wakil Ketua Majelis Pemuda DPP KNPI dan jajaran pengurus PSSI.

Karir Politik

Karir Darus di parlemen, dimulai ketika era reformasi tahun 1998 di mana ia dipercaya jadi Wakil Sekretaris DPD Golkar Kabupaten Bandung. Pada Pemilu 1999 Darus terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Bandung. Mengabdi kepada masyarakat bangsa melalui kiprah di DPRD adalah profesi yang sejalan dengan minatnya sejak kecil.

“Saya begitu antusias, serius mempelajari apapun yang menjadi tugas pokok, dan alhamdulillah tidak memiliki kesulitan yang berarti untuk menjalankan fungsi legislasi, budgeting dan pengawasan,” ungkapnya.

darus1Pada Pemilu 2004, Darus terpilih kembali sebagai anggota DPRD dengan raihan suara tertinggi di Daerah Pemilihan VI (Baleendah,Arjasari,Pameungpeuk, Cimaung, Cangkuang dan Pangalengan) yaitu 40.400 suara. Kalau di periode pertama (1999-2004) Darus sempat menjabat Sekretaris Panitia Anggaran, maka pada periode kedua (2004-2009) dirinya dikukuhkan menjadi Ketua Badan Anggaran, sampai adanya penggantian pada tahun 2006 karena konflik internal di Partai Golkar Kabupaten Bandung.

Di sela kesibukan sebagai legislator, Darus sempat menyelesaian kuliah pascasarjana jurusan Ilmu Administrasi Negara di Universitas Nurtanio. Ia lulus sebagai wisudawan terbaik. Darus pun ditarik menjadi Dosen Fisipol Universitas Nurtanio, sampai sekarang.

Seperti dikisahkan di muka, pengabdian di dunia pendidikan tentunya bukan hal yang baru dalam perjalanan hidupnya. Sebab saat masih kuliah pun, Darus ditugaskan oleh ayahnya untuk mengajar di SMP Pelita dan SMP PGRI Arjasari dari tahun 1988 sampai tahun 1998.

Menurut Darus, melatih komunikasi melalui pengajaran di kelas memang efektif untuk memperfasih komunikasi politik maupun kemasyarakatan. Adalah sebuah tuntutan yang memiliki kenikmatan tersendiri baginya kalau bisa jadi tokoh pemuda atau sesepuh kampung seperti dalam acara “Seren Sumeren Panganten”, atau berbicara di mimbar-mimbar dakwah.

Kesantunan dan keterampilan berbicara menjadi “hadiah langsung” yang dapat dijadikan modal perjuangan dalam mengartikulasikan kepentingan rakyat dalam dunia politik, ketika sebelumnya Darus melatih diri di kelas pengajaran dan mimbar-mimbar masjid dan pengajian-pengajian umum. [iwa, berbagai sumber].

spot_img
BERITA LAINYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

TERKINI

spot_img