BANDUNG – Siapa pencipta lagu Halo-halo Bandung sampai sekarang masih menjadi perdebatan, apakah Ismail Marzuki? Cornel Simanjuntak? atau tercipta begitu saja dari para pejuang Bandung Selatan saat peristiwa Bandung Lautan Api tahun 1946?
Tahun 1929, jauh sebelum peristiwa Bandung Lautan Api, di negeri Belanda ada sebuah lagu berjudul “Hallo Bandoeng” yang dinyanyikan Willy Derby. Lagu ini bahkan sempat masuk dalam daftar 100 lagu terpopuler di Belanda kala itu. Kedua lagu berbeda era ini menggunakan judul dengan kata yang sama ‘Hallo Bandung.” Namun kalo disimak lirik maupun melodinya sangat jauh berbeda.
Adalah Ratu Emma, ibunda Ratu Wilhelmina yang pertama kali melontarkan kata “Hallo Bandoeng” pada tahun 1929. Sejak itu ungkapan Hallo Bandung menjadi ungkapan yang sangat popular dan bahkan menjadi legenda hingga bertahun-tahun kemudian.
Saat itu di Belanda musim dingin. Pada 7 Januari 1929 Ratu Emma yang sudah berusia 70 tahun duduk menghadap meja. Di atas meja tersebut ada microphone besar. Inilah saat dimulainya peresmian sarana telekomunikasi telepon antara Belanda dan Indonesia yang terbuka untuk umum.
Sang Ratu duduk di Belanda lawan bicaranya duduk di Indonesia. Saat itu hal ini adalah moment yang sangat luar biasa. Maklum, sebelumnya tidak pernah terpikirkan orang di Belanda akan berbicara langsung dengan orang lain yang jaraknya beribu-ribu kilometer seperti Indonesia.
Saat itu Ratu Emma bersiap-siap berbicara dengan Gubernur Jendral yang ada di Indonesia (Hindia Belanda). Peresmian dibuka dengan ucapan Ratu Emma “Hallo Bandoeng, Hier Den Haag” (Halo Bandung, Den Haag di sini). Kata itu menjadi pertanda dimulainya hubungan telepon Belanda-Indonesia yang tersambung melalui stasiun pemancar Radio Malabar di Bandung Selatan dan stasiun Radio Kootwijk di Belanda.
Untuk mengabadikan peristiwa bersejarah tersebut diterbitkanlah buku kenangan dengan sampul depannya ditulis judul besar “Hallo Bandoeng, Hier Den Haag”. Musisi Belanda Willy Derby tak ketinggalan menangkap moment sejarah itu dengan menciptakan lagu berjudul “Hallo Bandoeng” dan mulai diedarkan pada 1929 dalam bentuk piringan hitam.
Berbeda dengan Halo Halo Bandung versi Indonesia, lagu Hallo Bandoeng versi Belanda ini berkisah tentang percakapan telepon antara ibu dan anaknya yang bekerja di Indonesia. Sapaan Hallo Bandoeng Ratu Emma ditambah populernya lagu Hallo Bandoeng Willy Derby membuat ungkapan Hallo Bandoeng menjadi kata yang tak pernah terlupakan bagi warga Belanda maupun Indonesia yang hidup pada masa itu, hingga meletuslah peristiwa Bandung Lautan Api.