BANDUNG – Semangat menegakkan Pancasila dan menguatkan toleransi antar suku, ras, dan agama di Kota Bandung senantiasa digelorakan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Ia ingin menunjukkan bahwa kota ini ramah terhadap kebhinekaan.
Itulah yang mendasari para aktivis muda kristiani di Bandung memberikan penghargaan kepada Ridwan Kamil sebagai Tokoh Penggerak Pluralisme. Penghargaan tersebut diserahkan Maruarar Sirait pada acara Natal Pemuda-Pemudi Kristen Bandung Raya di Dago, Sabtu (28/1/17) malam.
Kegiatan tersebut diikuti oleh ratusan anak muda yang tergabung dalam berbagai komunitas keagamaan, seperti Huria Kristen Batak Protestan (HKBP),Gereja Kristen Indonesia (GKI), Gereja Bethel Indonesia (GBI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia GMKI),Gereja Kristen Pasundan (GKPs), dan lain-lain. Turut hadir pula pada acara tersebut Maruarar Sirait, Edo Kondologit, dan perwakilan dari GP Anshor.
Ketua Panitia Theo Cosner Tambunan mengatakan, acara itu dilaksanakan Paguyuban Pemuda Kristen Bandung Raya untuk menanamkan rasa kebhinekaan kepada anak muda Bandung dan mencegah terjadinya kegiatan yang memicu intoleransi di kota ini.
“Keberagaman dan kebhinekaan adalah hal yang indah. Gerakan intoleransi saat ini sangat marak terjadi. Kita miris melihat gerakan intoleransi merebak dan bisa memecah-belah kita bersama. Oleh karena itu kita laksanakan acara ini karena kita cinta akan gerakan toleransi di Kota Bandung,” ujar Theo.
Ridwan Kamil yang hadir membuka acara menjelaskan bahwa sedari awal pembangunannya, Kota Bandung telah didesain untuk menjadi kota pelesir. Kota ini banyak didatangi oleh masyarakat dari mana-mana. Oleh karenanya, Kota Bandung tumbuh menjadi kota yang plural.
Menurutnya, Indonesia juga pada hakikatnya adalah negara yang lahir dari perbedaan. Ratusan budaya, suku, dan bahasa menjadikan negeri ini sangat beragam namun bisa dipersatukan dengan semangat kemerdekaan.
“Maka kalau ada orang yang ingin menyeragamkan Indonesia ini dengan paksaan, itu sudah melawan narasi sejarah. Nggak boleh ada pemaksaan untuk menyeragamkan urusan hidup kita,” tutur Ridwan.
Ia pun meyakini bahwa saat ini warga Bandung pun adalah masyarakat yang santun dan sangat toleran. Maka pada saat ada peristiwa intoleransi di Kota Bandung, itu terjadi karena oknum tertentu yang tidak merepresentasikan warga Bandung sendiri.
“Jadi jangan menggeneralisasikan bahwa orang Bandung semuanya begitu. Saya percaya, mayoritas warga Bandung sangat santun dan toleran,” tegasnya.
Pada masa pemerintahannya, ia berupaya membangun kota dengan menegakkan paham pluralisme tersebut berdasar pada Pancasila dan peraturan yang berlaku. Contohnya, ia memberikan ijin pembangunan rumah ibadah jika sesuai dengan regulasi yang ada.
“Selama lima tahun, kami telah memberikan ijin kepada 300 rumah ibadah non muslim. Itu jumlah terbanyak di Indonesia. Artinya, 60 bangunan ibadah pertahun kami ijinkan,” terangnya.
Ia memastikan kepada warga Bandung, apapun latar belakang agama dan kehidupan sosialnya, mereka akan memiliki hak yang sama di kota ini. Ia wajib memberikan pelayanan yang setara kepada seluruh warganya. “Selama KTP-nya di Kota Bandung, masalah hidupnya adalah masalah saya,” pungkasnya.