BALEENDAH, Balebandung.com – Kabupaten Bandung dikenal sebagai daerah dengan potensi sumber daya alam yang luar biasa. Salah satunya adalah kakao atau tanaman tropis yang bijinya digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan cokelat.
Tanaman ini berasal dari daerah hutan tropis Amerika Tengah dan Selatan. Namun kini telah dibudidayakan di berbagai wilayah tropis di dunia termasuk di Indonesia.
Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Saeful Bachri, menyoroti peluang besar dalam pengembangan kakao sebagai komoditas unggulan khususnya di Kabupaten Bandung.
Dalam keterangannya, Saeful Bachri menyatakan bahwa Kabupaten Bandung sebelumnya telah dikenal sebagai penghasil kopi berkualitas tinggi.
Namun, ia juga melihat potensi besar lain yang belum banyak digarap, yaitu tanaman kakao atau cokelat.
“Kakao ini memiliki dua fungsi utama, yakni konservasi lingkungan dan potensi ekonomi,” ujar Saeful saat ditemui di kawasan Baleendah, Selasa (31/12/2024).
“Di dataran 400-700 mdpl, tanaman ini bisa tumbuh subur dan menjadi alternatif selain kopi,” tambahnya.
Saeful juga menyoroti kebutuhan dunia terhadap kakao yang sangat besar, terutama dalam industri makanan dan minuman.
Ironisnya, meskipun Kabupaten Bandung memiliki pabrik pengolahan kakao terbesar di Asia Pasifik yang terletak di Dayeuhkolot, bahan bakunya justru didatangkan dari luar Jawa Barat, seperti Sulawesi dan Lampung.
“Ini menjadi tantangan bagi kita. Potensinya besar, tapi belum menjadi komoditas unggulan yang digarap serius,” jelasnya.
Sebagai anggota Komisi II yang membidangi pertanian, Saeful menyatakan komitmennya untuk mendorong budidaya kakao di Kabupaten Bandung dan daerah lain di Jawa Barat.
Menurutnya, ada tiga kendala utama dalam pengembangan kakao, yakni kurangnya sosialisasi tentang manfaat kakao, rendahnya jumlah petani kakao, serta minimnya eksposur terhadap keberhasilan budidaya kakao.
“Pasar kakao ini sangat terbuka lebar, tetapi suplai masih sangat sedikit. Ini peluang besar bagi petani Kabupaten Bandung untuk meningkatkan kesejahteraan mereka,” tuturnya.
“Kami berharap pemerintah daerah bisa memberikan perhatian lebih, termasuk menyediakan pelatihan dan dukungan kepada petani kakao,” harap Saeful.
Saeful juga mengapresiasi upaya komunitas pecinta kakao yang terus memperjuangkan pengembangan kakao sebagai pilihan utama selain kopi.
Ia berkomitmen untuk berkolaborasi dengan komunitas tersebut dalam memperluas cakupan budidaya kakao di Kabupaten Bandung dan sekitarnya.
Tak hanya itu, Saeful Bachri juga optimis bahwa dengan dukungan semua pihak, kakao dapat menjadi komoditas unggulan yang tidak hanya memberikan dampak positif terhadap ekonomi lokal, tetapi juga mendukung konservasi lingkungan di Kabupaten Bandung.***