MAJALAYA – Setelah dua bulan bertugas di sekitar Majalaya, Srikandi – nama untuk radar mobile Lapan akan pulang kandang. Bermula dari kebutuhan verifikasi data hujan dari Radar Santanu yang terpasang di kantor Pusat Sains Teknologi Atmosfer (PSTA) Lapan di Jl. Pasteur dan Stasiun Radar Santanu di Sumedang, maka pihak Lapan memutuskan untuk menempatkan radar mobile Srikandi di wilayah Majalaya, tepatnya di Gardu Induk (GI) PLN Rancakasumba untuk memperkuat data hujan di cekungan Bandung.
Radar Santanu hanya dapat mendeteksi citra hujan real time up date per dua menit, sedangkan dari Radar Srikandi data yang didapatkan bisa berupa potensi hujan mulai dari proses pembentukan awan hujan. Daya jangkau yang dapat ditangkap oleh Radar Santanu idealnya berkisar 20-25 km2, sehingga dengan tiga penempatan radar didapatkan area irisan yang dapat menangkap citra hujan yang lebih presisi.
Maksud dari penempatan ketiga radar adalah untuk mengetahui terjadinya hujan di wilayah sesuai peta sehingga bagi masyarakat yang tinggal di daerah terdampak banjir, data hujan yang muncul bisa digunakan sebagai informasi peringatan dini untuk kesiapsiagaan kemungkinan terjadinya banjir.
Radar ini bukan satu-satunya teknologi untuk memenuhi tingkat akurasi informasi peringatan dini banjir, tapi melengkapi data-data yang didapatkan dari alat-alat sensor yang dipasang di permukaan sebagai alat observasi dan monitoring yaitu AWS (Automatic Weather Station) dan AWLR (Automatic Water Level Recorder).
Sampai saat ini jumlah alat sensor hujan dan Tinggi Muka Air (TMA) sungai untuk Cekungan Bandung belum memenuhi syarat ideal, sehingga masih diperlukan tambahan alat. Walaupun saat ini berkat grant dari Korea (Koica), pihak BBWS Citarum sudah memasang 13 AWS, 8 AWLR, 5 Warning Point (alarm), 2 CCTV dan 1 LED panel (di Teras Cikapundung).
Apresiasi disampaikan dengan harapan program Flood Forecasting Warning System (FFWS) ini bisa berkelanjutan. Selamat tinggal Srikandi, sampai jumpa lagi bulan Oktober nanti di Majalaya…by Denni Hamdani