ARJASARI, Balebandung.com – Pemkab Bandung melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Bandung terus melakukan pembenahan terhadap saluran pembuangan (SP) air atau drainase yang tidak berfungsi maksimal.
Akibat aliran air yang tidak berfungsi maksimal itu, air dari drainase pun kerap meluap ke badan jalan saat hujan deras, sehingga menimbulkan banjir cileuncang dan genangan air. Seperti yang pernah terjadi di Jalan Raya Banjaran Km 16 Nambo, Desa Batukarut Kecamatan Arjasari kemarin.
DPUTR Kabupaten Bandung melalui UPTD Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisangkuy pun bergerak cepat. Dengan pentahelix, UPTD DAS Cisangkuy merangkul pihak perusahaan yang ada di sekitar lokasi genangan, juga melibatkan Sektor 21 Satgas Citarum Harum. Sementara dari pihak swasta, ikut terlibat PT Mitra Rajawali Banjaran, PT Kimia Farma dan PT Greentex.
Kepala DPUTR Kabupaten Bandung, Zeis Zultaqawa mengatakan, persoalan banjir merupakan tanggungjawab bersama. Karena itu pihaknya sangat berharap agar kalangan swasta juga ikut peduli dan memberikan perhatian atas masalah lingkungan di sekitar wilayah operasinya.
Dalam koordinasi bersama pihak swasta dan Satgas Citarum Harum itu, disimpulkan penyebab tidak berfungsi maksimalnya saluran pembuangan akibat beberapa sebab. Pertama, sebut Zeis, karena ada bangunan jembatan yang sudah tidak berfungsi, yang menghambat saluran pembuangan.
“Saluran pembuang Cipalasari ini terhalang oleh plat beton yang merupakan bangunan jembatan yang saat ini tidak difungsikan lagi sebagai akses jalan,” ungkap Zeis di sela-sela pembenahan SP Cipalasari, Sabtu (29/10/22).
Zeis menandaskan jembatan tidak berfungsi itu milik pabrik harus dibongkar, untuk lebih memudahkan air mengalir dan memudahkan pemeliharaan saluran.
Penyebab kedua, menurut Zeis karena memang saluran pembuang Cipalasari sudah mengalami sedimentasi sehingga perlu dikeruk. Sedimentasi juga menyebabkan saluran drainase tidak mengalirkan air secara maksimal atau menggenang.
“Ditambah lagi dengan banyak sampah yang dibuang mengakibatkan saluran pembuangan tidak berfungsi maksimal. Sehingga banyak menimbulkan genangan air. Kalau malam harinya terjadi hujan, di pagi harinya air tidak bisa mengalir maksimal,” kata Zeis.
Kegiatan pemeliharaan rutin saluran pembuangan di titik lainnya pun di lakukan. Seperti saluran di Desa Sayati Kecamatan Margahayu oleh Tim OP Drainase, beserta Sub DAS Ciwidey, untuk menangani sampah yang menyumbat di gorong-gorong saluran Cikahiyangan.
Pembenahan kontruksi saluran pembuang (SP) Cigado atau drainase pelengkap jalan di Jalan Siliwangi Kecamatan Baleendah juga sudah dibereskan.
Menurut Zeis, kerusakan kontruksi SP atau drainase ini lebih banyak akibat terjadinya sedimentasi. Sehingga membuat saluran mengalami pendangkalan, yang dampaknya air dari saluran drainase selalu meluap ke badan jalan.
Drainase Cigado sepanjang sepanjang 420 meter itu diperbaiki bagian konstruksi yang rusaknya dan dikeruk sedmentasinya mulai dari simpang Jalan Siliwangi sampai Pasar Baleendah. Dimensi saluran memiliki lebar 800 cm dengan kedalaman atau tinggi drainase mencapai satu meter. Endapan lumpur hasil sedimentasi kemudian diangkut dengan truk untuk dibuang.
Pihaknya berharap warga sekitar turut berkontribusi ikut memelihara dengan diperbaikinya drainase tersebut agar kondisinya tetap terjaga dengan baik. Dengan begitu, tata kelola lingkungan yang baik, rapih, bersih sesuai dengan peruntukannya dapat terwujud.***