BANDUNG, Balebandung.com – Tren usaha kuliner meningkat pesat sejak beberapa tahun terakhir, terlebih dengan makanan khas Indonesia yang dibalut dengan cara kekinian.
Siapa yang tidak mengenal Ayam Geprek? Istilah modernnya, flattened chicken, adalah khas dari olahan kuliner ayam tepung yang dipipihkan dan dibumbui dengan sambalnya.
Menurut Google Trend di sepanjang tahun 2018, tingkat pencarian kata kunci ‘Ayam Geprek’ di Indonesia paling tinggi berada di lima daerah yaitu Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, dan Kalimantan Timur. Nah, untuk di Jawa Barat sendiri, Bandung menempati posisi lima besar dengan pencarian ‘Ayam Geprek’ terbanyak.
Namun, bagaimana awal mula kemunculan Ayam Geprek? Menurut banyaknya berita, di Yogyakarta pada tahun 2003, Ayam Geprek pertama kali ditemukan. Seorang ibu yang tinggal di daerah Papringan, Yogyakarta, membuat ayam goreng tepung yang diberikan aneka sambal di atasnya. Ia ingat betul bahwa ide memberikan sambal di atas ayamnya langsung berawal dari seorang mahasiswa dari Kudus.
Dari sana, banyak pelanggannya yang menyebut ayam goreng versi barunya itu sebagai “Ayam Gejrot” atau “Ayam Ulek”, barulah kemudian nama “Ayam Geprek” muncul ke permukaan, seiring dengan tingkat kepopulerannya yang melonjak di kalangan turis.
Lalu bagaimana tren Ayam Geprek tahun 2018 di wilayah Bandung? Sejalan dengan visi Moka, startup Indonesia yang memberikan pelayanan point-of-sale berbasis digital untuk bisnis, merilis beberapa data menarik tentang tren Ayam Geprek di Bandung. Yuk lihat!
Tren Ayam Geprek
Walau di Bandung terkenal dengan berbagai macam kuliner yang memanjakan lidah, Ayam Geprek di sini tidak kehilangan penggemarnya. Berdasarkan data yang diambil dari merchant Moka saja, jumlah Ayam Geprek yang terjual selama satu tahun belakang ini berjumlah 1.804.385 Ayam Geprek. Hampir dua juta atau lebih dari setengah populasi masyarakat di Bandung.
Nah, dibandingkan 2017, apakah tren makan Ayam Geprek ini meningkat? Ternyata, betul. Dilihat dari jumlah penjualan ratusan outlet Ayam Geprek di Bandung, penjualan meningkat sebanyak 113,59%.
Warga Bandung sendiri suka makan Ayam Geprek yang disandingkan dengan nasi. Sebab berdasar data, persentase makanan pendamping Ayam Geprek terbesar adalah nasi sebanyak 90,59%, lalu ayam tanpa tambahan makanan lain dengan 7,21%, dan mie sebanyak 2,20%.
Lalu bagaimana dengan minumnya? Pasti dengan rasa Ayam Geprek yang pedas dengan sambal, para pengunjung butuh minuman yang bisa menyeimbangkan. Dalam hal ini, air mineral merupakan minuman terbanyak yang dibeli bersamaan dengan Ayam Geprek yang disusul oleh lemon tea, dan teh botol.
Karakteristik Pembeli Ayam Geprek
Kalau dari warga Bandung sendiri, kira-kira gimana ya karakternya dalam membeli Ayam Geprek? Menurut data di Bulan Oktober-November 2018, 75,9% pembeli Ayam Geprek memilih untuk membelinya secara take away, jauh lebih besar dengan angka makan di tempat yaitu 24,1%. Sepertinya, tren ini juga terjadi karena sekarang di Indonesia sedang merambah jasa food-delivery yang bisa dipesan secara online.
Bagi pembeli Ayam Geprek, kecenderungan untuk mengkonsumsinya lebih sering di siang hari dibandingkan malam hari. Peningkatan pemesanan mulai bergerak progresif mulai dari jam 9 pagi sampai dengan lunch time. Namun jika dibandingkan dengan hari biasa/weekdays, rata-rata transaksi pembelian cenderung lebih banyak di akhir pekan.
Sedangkan untuk waktu tersibuk penjualan, perbedaan akan terlihat pada Ayam Geprek yang akan dipesan untuk take away dengan makan di tempat. Untuk take away, waktu tersibuk penjualan adalah pukul 11.00 pagi sedangkan waktu tersibuk penjualan untuk pembeli yang makan di tempat, akan ada tepat di pukul 12.00 siang.
Disclaimer: Tren diolah menggunakan data akurat dari ribuan merchant Moka di Indonesia berdasarkan bisnis yang dijalani. *** by Riris Amaliyah