Wabup; Seribu Kampung Harus Berdampak ke Ekonomi Masyarakat

SOREANG – Pasca dilakukannya pendidikan dan pelatihan (Diklat) kepada para eselon 2 dan 3 beberapa waktu lalu, Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BKKPD) Kabupaten Bandung bersama STIA LAN (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara) RI, menggelar FGD (Focus Group Discussion) tentang evaluasi diklat aparatur di Hotel Sutan Raja Soreang, Senin (18/12/17).
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mewujudkan pembangunan Bandung Seribu Kampung, diskusi mengenai hasil bimtek yang selanjutnya akan dirumuskan menjadi rencana tindak tersebut melibatkan SDM aparatur mulai dari kepala dan sekertaris perangkat daerah (PD), para camat dan Kasubag.
Wakil Bupati Bandung H. Gun Gun Gunawan, S.Si.,M.Si mengingatkan, dalam diskusi yang melibatkan seluruh stakeholder untuk Bandung Seribu Kampung itu, harus terbangun semangat dan komitmen bersama supaya bisa membangkitkan pemikiran dalam rangka meningkatkan pelayanan publik yang dilakukan ASN di Kabupaten Bandung.
“Persaingan antar daerah terus ditingkatkan, selain kinerja tentu saja program pembangunan juga terus dilakukan sebagai tantangan ASN. Jangan sampai tidak berdampak pada kesejahteraan ekonomi masyarakat. Saya harap para eselon ini bisa membangun pemikiran yang inovasinya nyata, misalnya bagaimana meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) namun anggaran bisa efisien,” ungka Wabup.
Dalam menjawab kekhawatiran dampak Tol Soroja, kata Gun gun, pemerintah bisa memanfaatkan potensi wilayah sebagai daya tarik tersendiri, yaitu dengan memperluas kampung tematik yang ada saat ini.
“Karena tidak mungkin program Seribu Kampung ini beres dalam waktu singkat. Harus dipisahkan penataan kota dan penataan kampung. Kita harus cermati wilayah kecamatan yang berbatasan dengan Bandung Raya, yang jauh dan dekat sebagai lokus pembangunan, pun di pelosok juga harus diperhatikan,” terangnya.
Dengan Bandung Seribu Kampung, Wabup berharap lokus pembanguan di pedesaan bisa mengurangi perasaan ketidakadilan pembangunan yang terjadi pada masyarakat yang tinggal jauh di pedesaan.
“Kita dorong sedikit demi sedikit, bukan hanya dalam perencanaan program, tapi juga di anggaran. Semangatnya jangan hanya di awal. Yang paling berat adalah maintenance-nya. Bagaimana menggerakkan semua pihak agar konsisten menjalankan peran terbaiknya,” tutur Gun gun.
Kemudian untuk mendorong kampung tematik yang belum terdukung, Wabup meminta kepada Bappeda untuk merumuskan dan mengawal program. Kemudian lakukan juga koordinasi perangkat daerah. Tentukan mana yang mau bergerak di atas atau di bawah, di samping menjalankan peran dan fungsi pokok masing-masing, sehingga dampaknya benar-benar dirasakan masyarakat.
“Tolong dikawal tahun ini berapa kecamatan yang sudah menghadirkan kampung tematik, lalu tahun selanjutnya berapa, silahkan direncanakan. Jangan hanya ada kampungnya, tapi produknya juga harus dikenal, dirasakan masyarakat, menumbuhkan ekonomi dan perangkat terkait juga harus bisa ambil posisi, mau gerak di mana, mau di hulu atau di hilir,” pesan Gun gun.
Wabup berpendapat, tanpa mengurangi apa yang dilakukan dalam program sebelumnya, Pemkab Bandung akan bantu pertumbuhan di pedesan, sehingga keberadaaan Tol Soroja akan memberikan dampak positif.
“Biarkan kekhawatiran tadi kita jawab, biarkan macet tapi membawa berkah, kita belajar dari bagaimana kawasan Dago dan Lembang. Orang tak akan bosen mengelilingi kawasan itu, karena disekitarnya banyak yang ditawarkan. Di Kabupaten Bandung kita suguhkan potensi Bandung Seribu Kampung, dengan segala keragaman yang ada,” pungkasnya.
Pada kesempatan diskusi itu narasumber lainnya juga menerangkan gambaran secara umum kampung tematik. Paparan ini diberikan untuk menyamakan persepsi mengenai bagaimana pertumbuhan Bandung Seribu Kampung bisa dirasakan manfaatnya untuk masyarakat, juga bisa menghempas isu kekhawatiran dampak Tol Soroja.