Warga Ciburial Tuding Kepala Balai Tahura Arogan dan Kasar

oleh -27 Dilihat
oleh
Spanduk warga Desa Ciburial berisi penolakan penertiban kedai di kawasan Tahura Ir H Djuanda
Spanduk warga Desa Ciburial berisi penolakan penertiban kedai di kawasan Tahura Ir H Djuanda

CIMENYAN – Pengelola kedai di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda dan warga sekitar Tahura yang bekerja di kedai, menyayangkan pemberitaan yang menyudutkan warga terkait kekisruhan pada saat sosialisasi penertiban lima kedai yang diprakarsai Satpol PP Jawa Barat, di Ruang Audio Visual Tahura, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Rabu (1/6) lalu.

Salah seorang warga Ciburial, Heri Supriadi yang hadir pada acara sosialisasi menuturkan, mulanya acara berjalan kondusif. Pada sesi penyampaian pandangan dari perwakilan warga terjadi perbedaan pendapat. Tidak lama kemudian setelah salah seorang perwakilan warga selesai menyampaikan pandangan, tiba-tiba Kepala Balai Tahura Lianda Lubis berdiri lalu menghampiri kursi warga dan melakukan tindakan kasar.

“Sebelum berdiri, Pak Lianda merebut alat pengeras suara dari petugas Satpol PP, terus nyamperin warga dan melakukan tindakan kasar, tangannya mengenai pundak seorang warga dengan keras,” tutur Heri memulai kronologis kejadian, saat ditemui Balebandung.com di Desa Ciburial, Minggu (5/6/16).

Otomatis warga marah dan berdiri. Lianda sendiri terkena kursi. “Jadi bukan dianiaya. Kalau mengatakan dianiaya itu fitnah! Saksinya banyak. Bahkan ada warga yang merekam kejadiannya. Jangankan Pak Lianda, warga juga ada beberapa yang terluka karena saat kejadian warga berdiri, spontan jadi deretan kursi yang posisinya rapat berantakan,” imbuh Heri.

Saat kejadian itu, Heri yang sehari-hari mengais rejeki sebagai tenaga parkir, langsung mengamankan istrinya yang juga bekerja di salah satu kedai di Tahura. Heri khawatir istrinya takut terluka akibat kejadian tersebut.

Sosialisasi dilakukan oleh Satpol PP terkait upaya penertiban terhadap keberadaan empat kedai di kawasan Tahura. Usaha penertiban mendapat penolakan keras dari warga karena khawatir mata pencahariannya terganggu.

Banyak warga sekitar Tahura yang bekerja di kedai. Lebih dari itu, keberadaan kedai mampu mendongkrak jumlah pengunjung Tahura. Potret tersebut turut menyerap tenaga, khususnya pemuda untuk melakukan jasa pengaturan parkir.

Baca Juga  Bupati Bandung Sholat Id di Masjid Al Fathu

Diakui Kepala Desa Ciburial Imam Soetanto, meningkatnya jumlah kunjungan ke Tahura setelah adanya Tebing Keraton dan keberadaan kedai. Kondisi ini berkontribusi positif bagi Desa Ciburial yang ditetapkan sebagai Desa Wisata oleh Pemkab Bandung.

“Tahura itu dulu tidak seramai sekarang. Setelah ada Tebing Keraton dan kedai, pengunjung jadi meningkat. Ini memperkuat Ciburial sebagai Desa Wisata,” tanda Imam.

Adanya pemberitaan yang massif dan miring soal penertiban kedai, membuat warga resah yang menggantungkan hidupnya dengan bekerja di kedai dan jasa pengaturan parkir.

“Saya heran ini ada apa kok pemberitaannya terus menerus dan sepihak. Saya perlu mengklarifikasi, apa yang diberitakan tidak sepenuhnya benar. Saya sebagai kepala desa terus memonitor itu dasar hukum penertiban juga masih multitafsir. Dan sepanjang yang saya tahu, dasar dari kedai itu ada perjanjian sewa menyewa pemanfaatan lahan antara pengelola kedai dengan Kepala Balai Tahura sebelumnya, yang tentunya perjanjian itu tidak sembarangan dibuat. Tapi Kepala Balai Tahura yang baru,Lianda, menilai ada pelanggaran. Bisa ada perbedaan seperti itu kan aneh, ada apa?,” beber Imam.

Terkait perbedaan tersebut, Imam berharap agar Kepala Balai Tahura yang baru menyikapinya secara arif dan diselesaikan secara internal, serta tidak gampang diumbar melalui media secara sepihak. Imam berharap agar situasi tetap kondusif dan ia akan tetap membela kepentingan warganya agar tidak kehilangan mata pencahariannya.

“Sebelumnya kondisi kondusif antara warga dan pihak Balai Tahura harmonis. Masyarakat mendapat manfaat ekonomi dan turut menjaga keamanan Tahura, termasuk soal kelestarian ekologinya kita jaga bersama. Tapi mohon maaf harus saya katakan setelah adanya pergantian Kepala Balai Tahura yang baru, situasi jadi tidak kondusif,” tuturnya.

Baca Juga  Upaya Mengangkat Kejayaan Sarung Majalaya Lewat Fashion Show

Menurut Imam, tidak sedikit warga yang melaporkan jika Kepala Balai Tahura yang baru sering melontarkan kalimat-kalimat yang arogan dan provokatif. Imam pun merasa keberatan dengan pemberitaan mengenai penganiayaan Kepala Balai Tahura yang baru, karena hal itu menyangkut nama baik warga desa Ciburial.

“Harus dipisah antara penganiyaan dengan kekisruhan, jauh bedanya. Tidak ada penganiyaan! Saya merasa dirugikan sebab masyarakat disangka anarkis. Insiden itu semua dipicu karena sikapnya Kepala Balai baru yang arogan dan kasar. Saya menyayangkan sekali adanya pemberitaan di media besar di Jawa Barat yang sepihak, tidak ada check and balance, tidak ada konfirmasi ke pihak warga,” beber Imam. [yd]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.